RINGKASAN MATERI GEOGRAFI
SEMESTER I
BAB I
Konsep, Pendekatan,Prinsip
dan Aspek Geografi
Konsep geografi
1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Pendekatan geografi
1. Pendekatan KeruanganPendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1 xa )
2. Pendekatan kelingkunganPendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Prinsip geografi
Terdapat empat prinsip geografi yang kita kenal yaitu:1. Prinsip Penyebaran/ spreading Principle
prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta geografi dalam peta serta mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. hal tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
2. prinsip interrelasi/ interrelationship principle
prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik dan non fisik. prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau fakta Geografi di suatu wilayah tertentu.
3. prinsip deskripsi/ Descriptive Principle
prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik maupun tabel.
4. prinsip korologi/ Chorological principle
ini disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan interaksinya dalam ruang.
Aspek geografi
1. Aspek Fisikal
1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Pendekatan geografi
1. Pendekatan KeruanganPendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1 xa )
2. Pendekatan kelingkunganPendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Prinsip geografi
Terdapat empat prinsip geografi yang kita kenal yaitu:1. Prinsip Penyebaran/ spreading Principle
prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta geografi dalam peta serta mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. hal tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
2. prinsip interrelasi/ interrelationship principle
prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik dan non fisik. prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau fakta Geografi di suatu wilayah tertentu.
3. prinsip deskripsi/ Descriptive Principle
prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik maupun tabel.
4. prinsip korologi/ Chorological principle
ini disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan interaksinya dalam ruang.
Aspek geografi
1. Aspek Fisikal
Aspek fisikal geografi meliputi :
a. Aspek Topologi
Membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah,
bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri
khas tertentu.
b. Aspek Biotik
Membahas karakter fisik dari manusia, hewan dan tumbuhan
c. Aspek Non Biotik
Membahas tentang
tanah, air dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca)
2. Aspek NonFisik
Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik
perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian
geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan
perilaku manusia dengan lingkungannya. Beberapa kajian pada aspek ini antara
lain :
a. Aspek Sosial
Membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat dan lembaga sosial.
b. Aspek Ekonomi
Membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, pasar dan
sebagainya
c. Aspek Budaya
Membahas tentang
Pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
d. Aspek Politik
Misalnya membahad tantang kepartaian dan pemerintahan.
BAB II
Sejarah Pembentukan Bumi dan Perkembangannya
Bumi bukanlah planet yang
muncul tiba-tiba di jagad raya dalam bentuk seperti saat ini. Bumi terbentuk
melalui proses yang sangat panjang dan terus berkembang hingga sekarang ini.
1. Proses
Pembentukan Bumi
Bagaimana proses
pembentukan Bumi? Menurut para ilmuwan, Bumi berasal dari awan gas dan debu.
Pada mulanya, awan gas dan debu raksasa berputar-putar di sekeliling Matahari
yang baru saja terbentuk. Partikel-partikel yang terbentuk awan tertarik oleh
gaya gravitasi dan menyatu hingga memadat membentuk sebuah bola batuan. Keadaan
ini membuat Bumi makin panas dan menjadi bola pijar. Selanjutnya, bagian luar
Bumi lambat laun mulai mendingin dan mengeras. Suhu Bumi bagian tengah masih
sangat panas meskipun bagian luar telah mendingin. Bola batuan ini merupakan
bagian awal dari bentuk Bumi.
Proses pembentukan Bumi
tersebut hampir sama dengan pendapat Kant-Laplace. Ia berpendapat bahwa Bumi
mulai terbentuk miliar tahun yang lalu ketika material pembentuk Bumi berupa
gas pijar terlepas dari Matahari. Selanjutnya, material itu lambat laun
akan mendingin dan membentuk kulit batuan. Kondisi ini menyebabkan bagian luar
Bumi bersifat padat dan bagian dalamnya masih bersifat cair dan sangat panas.
read more
read more
2. Perkembangan
Bumi dan Sejarah Kehidupannya
Berdasarkan bukti-bukti
penanggalan radiometri, Bumi telah berumur sekitar 4.570 juta tahun. Jadi, Bumi
telah terbentuk hampir 4,6 miliar tahun lalu bersamaan dengan planet-planet
lain dalam tata surya, termasuk Matahari.
Ahli geologi
menggunakan skala waktu geologi untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antarperistiwa yang terjadi selama sejarah Bumi.
Waktu geologi Bumi disusun menjadi beberapa satuan waktu. Sejarah perkembangan
Bumi dan kehidupannya dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Masa
Arkeozoikum (4,5 – 2,5 miliar tahun lalu)
Arkeozoikum artinya masa
kehidupan purba. Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan awal pembentukan batuan
kerak Bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Lempeng tektonik (plate
tectonic)yang menyebabkan gempa terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup
pada masa ini dapat digambarkan mirip dengan lingkungan mata air panas.
Masa ini juga awal
terbentuknya hidrosfer dan atmosfer, serta awal munculnya kehidupan primitif di
dalam samudera, yaitu berupa mikroorganisme (bakteri dan ganggang). Fosil
tertua yang telah ditemukan adalah Stromatolit dan Cyanobakteria dengan umur kira-kira 3,5 miliar tahun.
b. Masa
Proterozoikum (2,5 – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa
kehidupan awal. Pada masa ini mulai terjadi perkembangan atmosfer dan
hidrosfer, serta kehidupan mikroorganisme bersel tunggal menjadi bersel banyak
seperti enkaryotes dan prokaryotes. Enkaryotes bakal tumbuhan
dan prokaryotes adalah
bakal binatang. Jenis hewan invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur,
cacing, koral, mulai muncul di laut-laut dangkal. Masa Arkeozoikum dan
Proterozoikum dikenal sebagai masa Prakambrium.
Masa Proterozoikum dapat
dibagi-bagi menjadi beberapa zaman sebagai berikut.
1) Zaman
Kambrium (590 – 500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata
“Cambria”. Banyak jenis hewan invertebrata mulai muncul pada zaman
Kambrium. Hampir seluruh kehidupan pada zaman ini berlangsung di lautan. Ciri
hewan pada zaman ini adalah mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai
pelindung. Jenis fosil hewan yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah
alga, cacing, sepon, koral, moluska, ecinodermata, brakiopoda, dan artropoda
(trilobit).
2) Zaman
Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan
oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan
beberapa jenis hewan bertulang belakang seperti tetrakoral, graptolit, ekinoid
(landak laut), asteroid (bintang laut), krinoid (lili laut), dan bryozona.
Koral dan alga berkembang membentuk karang yang menjadi tempat trilobit dan brakiopoda
mencari mangsa. Graptolit dan trilobit jumlahnya bertambah banyak.
Echinodermata dan brakioppoda mulai menyebar.
3) Zaman
Silur (440 – 410 juta tahun lalu)
Zaman Silur merupakan
waktu peralihan kehidupan air ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul termasuk
pteridofita (tumbuhan paku). Hewan kalajengking raksasa (eurypterid)
hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai ada dan banyak ikan mempunyai
perisai tulang sebagai pelindung. Deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi
Skandinavia, Skotlandia, dan pantai Amerika Utara.
4) Zaman
Devon (410 – 360 juta tahun lalu)
Pada zaman Devon jenis
ikan dan tumbuhan darat berkembang secara besar-besaran. Ikan berahang dan ikan
hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Hewan amfibi berkembang dan
berpindah menuju daratan. Tumbuhan darat makin umum dan muncul serangga pertama
kali.
5) Zaman
Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Pada zaman Karbon reptilia
muncul pertama kali dan dapat meletakkan telunya di luar air. Serangga raksasa
muncul dan amfibi jumlahnya meningkat. Pada zaman ini pohon pertama muncul.
Jamur klab, tumbuhan ferm, dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa dan menjadi
bahan pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua tergabung menjadi satu
massa daratan yang disebut Pangaea.
6) Zaman
Perm (290 – 250 juta tahun lalu)
Pada zaman Perm reptilia
meningkat serta serangga modern, tumbuhan konifer, serta grikgo primitif
muncul. Hewan amfibi menjadi kyrang begitu berperan. Zaman Perm diakhiri dengan
kepunahan micsa, tribolit, serta banyak koral dan ikan. Pangaea bergerak
sebagai satu massa daratan. Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika,
Australia, dan Afrika, serta membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim
kering dan gurun pasir mulai terbentuk.
7) Zaman
Trias (250 – 210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia
meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Pada zaman ini, dinosaurus
dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kali. Reptilia
menyerupai mamalia pemakan daging, yaitu disebut Cynodont mulai
berkembang. Mamalia dan reptilia penyu serta kura-kura mulai muncul. Tumbuhan
sikada mirip palem mulai berkembang dan konifer menyebar. Benua pangaea
bergerak ke utara dan gurun terbentuk.
8) Zaman
Jura (210 – 140 juta tahun lalu)
Pada zaman Jura, Amonit
dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya dan dinosaurus berukuran
besar menguasai daratan. Lichtiyosaurus berburu di dalam
lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Burung sejati pertama
(Archeopterya) berevolusi dan berbagai jenis buaya berkembang. Tumbuhan
konifer, bennefit, dan sequola jumlahnya banyak. Zaman ini sering diingat
karena kehidupan pada zaman ini difilmkan dalam Jurrasic Park.
Pangaea terpecah, yaitu Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika dan Amerika
Selatan melepaskan diri dari Antartika.
9) Zaman
Kapur (140 – 65 juta tahun lalu)
Pada zaman Kapur hidup
banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang, serta mamalia berari-ari muncul
pertama. Pada akhir zaman ini, Dinosaurus, Lichtiyosaurus, Pterosaurus,
Plesiosaurus, Amonit, dan Belemnit. Mamalia dan tumbuhan berbunga
mulai berkembang dalam berbagai bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai
muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Zaman ini merupakan akhir
dari kehidupan binatang-binatang raksasa.
10) Zaman
Tersier (65 – 1,5 juta tahun lalu)
Pada zaman Tersier muncul
primata dan burung tidak bergigi berukuran besar seperti burung unta. Selain
itu, juga muncul fauna laut seperti ikan, moluska, dan echinodermata yang
sangat mirip dengan fauna laut sekarang. Tumbuhan berbunga terus berevolusi
menghasilkan banyak variasi tumbuhan seperti, semak-belukar, tumbuhan merambat,
dan rumput. Pada zaman Tersier-Kuarter pemunculan dan kepunahan hewan dan
tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan iklim global yang ekstrim.
11) Zaman
Kuarter (1,5 juta tahun lalu – sekarang)
Zaman Kuarter dibedakan
menjadi dua yaitu:
a) Kala Pleistosen
b) Kala Holosen
Kala Pleistosen dimulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu.
Selanjutnya diikuti oleh kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada
kala Pleistosen paling sedikit terjadi lima kali zaman es atau zaman glasial.
Pada zaman glasial, sebagian besar Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara
tertutup es. Demikian juga dengan Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia, dan
Pegunungan Himalaya.
Manusia purba Jawa (Homo
Erectus, dulu disebut Phitecantropus Erectus) muncul pada kala
Pleistosen. Sedangkan manusia modern muncul pada kala Holosen. Flora dan fauna
pada kala Pleistosen sangat mirip dengan flora dan fauna zaman sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar