RINGKASAN MATERI
GEOGRAFI
SEMESTER II
BAB III
Perubahan Litosfer dan Dampaknya
bagi Kehidupan
1. Struktur
Litosfer
Litosfer adalah kulit
terluar dari planet berbatu. Litosfer
berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan
sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya
batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi
yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada
umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah
sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki
ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas
(merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah
(merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Bumitersusunatasbeberapalapisanyaitu:
a.
|
Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang
merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nife (niccolum=nikel dan
ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.
|
b.
|
Lapisan antara yaitu lapisan yang
terdapat di atas nife tebal 1700 km. Lapisan ini disebut juga asthenosfer
mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Berat
jenisnya 5 gr/cm3.
|
c.
|
Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang
terletak di atas lapisan antara dengan ketebalan 1200km berat jenis rata-rata
2,8 gram/cm3.
|
Litosfer tersusun atas
tiga macam material utama dengan bahan dasar pembentukannya adalah magma dengan berbagai proses yang
berbeda-beda. Berikut merupakan material batuan penyusun litosfer.
a. Batuan
Beku (Igneous Rock)
Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat, dengan sekitar 80%
material batuan yang menyusun batuan kerak Bumi adalah batuan beku. Berdasarkan
tempat terbentuknya magma beku. batuan beku dibagi menjadi tiga macam
· Batuan
beku dalam (Plutonik/Abisik)
Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan
magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit
Bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit,
dan gabbro.
· Batuan
beku gang/korok
Batuan beku korok terjadi dari magma yang
membeku di lorong antara dapur magma dan permukaan Bumi. Magma yang meresap di
antara lapisan-lapisan litosfer mengalami proses pembekuan yang berlangsung
lebih cepat, sehingga kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar.
Campuran kristal mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku
korok.
· Batuan
beku luar
Batuan beku luar terjadi dari magma yang
keluar dari dapur magma membeku di permukaan Bumi (seperti magma hasil letusan
gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit,obsidin, scoria,
batuan apung (pumice).
b. Batuan
Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan Sedimen merupakan batuan mineral yang telah terbentuk
dipermukaan Bumi yang mengalami pelapukan. Bagian - bagian yang lepas dari
hasil pelapukan tersebut terlepas dan ditansportasikan oleh aliran air, angin,
maupun oleh gletser yang kemudian terendapkan atau tersedimentasi dan
terjadilah proses diagenesis yang menyebabkan endapan tersebut
mengeras dan menjadi bantuan sedimen. Batuan Sedimen berdasar proses
pembentukannya terdiri atas :
1. Batuan
Sedimen Klastik
2. Batuan
Sedimen Kimiawi
3. Batuan
Sedimen Organik
Berdasarkan tenaga yang mengangkutnya
Batuan Sedimen terdiri atas,
1. Batuan
Sedimen Aeris atau Aeolis
2. Batuan
Sedimen Glasial
3. Batuan
Sedimen Aquatis
4. Batuan
Sedimen Marine
c. Batuan
Malihan (Metamorf)
Batuan Malihan terbentuk karena terjadinya
penambahan suhu atau penambahan tekanan yang tinggi dan terjadi secara bersamaan
pada batuan sedimen. Contohnya kapur (kalsit) berubah menjadi marmeratau
batuan kuarsa menjadi kuarsit
2. Pemanfaatan
Litosfer
Litosfer merupakan tempat berpijak dan
beraktivitas bagi manusia dan makhluk lainnya serta menjadi tempat tumbuh bagi
berbagai jenis tumbuhan. Berikut ini adalah beberapa jenis pemanfaatan litosfer
:
1. Unsur
besi dan aluminium dalam jumlah berlimpah dimanfaatkan terutama untuk keperluan
industri.
2. Terdapat
berbagai mineral seperti intan, emas, perak dan batu mulia.
3. Unsur-unsur
tertentu yang di perlukan tubuh manusia seperti sodium atau garam dapur dan
kalsium dapat diperoleh dari litosfer.
Bentuk Muka Bumi Akibat
Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah
tenaga yang berupa aktivitas tektonik, vulkanik, dan seisme.
1. Bentuk
muka bumi akibat proses tektonik/diatropisme
Menurut Haartman,
tektonisme adalah dislokasi yang terjadi pada batuan di dalam bumi. Dislokasi
adalah perubahan posisi atau letak dari komplek batuan, baik yang mengakibatkan
putusnya hubungan antar batuan atau tidak.
Tektonisme terbagi
menjadi dua yaitu gerak epirogenesa dan gerak orogenesa.
a. Epirogenesa
Yaitu pergeseran kulit bumi yang berangsung
dalam waktu yang lam, gerakannnya lambat, dan meliputi daerah yang luas.
Contohnya, pecahnya Pangea menjadi benua-benua seperti sekarang ini.
Epirogenesa ada dua macam :
§ Epirogenesa
negatif, mengakibatkan gerakan daratan naik.
§ Epirogenesa
positif, mengakibatkan gerakan daratan turun
b. Orogenesa
Yaitu gerakan pergeseran lapisan kulit bumi
dengan arah vertikal dan horizontal dengan gerakannya relatif cepat pada
wilayah yang sempit. Contohnya, proses pembentukan pegununngan sepeti rangkaian
pegunungan lipatan Sirkum pasifik dan Sirkum Mediterania.
Sementara itu, dilihat
dari bentuk hasilnya, diatropisme dapat debedakan mejadi sesar/patahan (fault),
lipatan (fold), dan rekahan atau kekar (joint).
a. Sesar
Sesar atau patahan adalah suatu rekahan
pada batuan yang mengalami pergeseran. Berdasarkan arah pergeserannya, sesar di
bedakan atas tiga, yaitu : sesar normal (graben) terbentuk karena adanya tenaga
tarikan sehingga atap sesar bergeser relatif turun terhadap alas sesar; sesar
naik (horst) terbentuk karena adanya tenaga yang saling mendorong sehingga atap
sesar bergeser naik terhadap alas sesar; dan sesar mendatar yang memiliki arah
gerakan dominan horizontal.
Jika rekahan tidak menimbulkan pergeseran
maka tidak dinamakan sebagai sesar. Adanya rekahan yang berbentuk sejajar
dengan sesar memungkinkan terjadinya pelapukan dan pengendapan. Barang tambang
terkadang di temukan pada rekahan.
b. Lipatan
Gejala perlipatan terjadi akibat adanya
gaya tektonik yang menekan secara horizontal pada suatu lapisan batuan baik
pada salah satu maupun kedua tepi lapisan batuan. Sehingga lapisan yang
mengalami tekanan tersebut terlipat pada baian-bagian yang relatif lemah.
Struktur lipatan trdiri atas sinklin dan
antiklin. Antiklin adalah bagian dari struktur lipatan yang
berbentuk cembung ke atas, sedangkanSinklincekung ke atas.
Secara umum terdapat beberapa variasi
bentuk lipatan berikut :
§ Lipatan
tegak, yaitu lipatan dengan bidang poros vertikal.
§ Lipatan
condong, yaitu lipatan dengan bidang poros miring.
§ Lipatan
rebah, yaitu lipatan dengan bidang porosnya sudah mendekati horizontal
2. Bentuk
muka bumi akibat proses vulkanisme
Vulkanisme adalah segala
kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer yang menyusup ke lapisan yang lebih
atas sampai ke luar pemukaan.
Material vulkanik yang
dikeluarkan gunung api ada yang berbentuk cair (lava dan lahar), padat
(elflata), dan gas (uap air, belerang, asam arang, karbondioksida).
Tipe magma yang di
keluarkan gunung api adalah magma basaltik yang sifatnya encer dan magma
silikia bersifat kental.
Berdasarkan bentuknya,
erupsi di bedakan menjadi di bedakan menjadi :
§ Erupsi linier
: terjadi pada lubang yang berbentuk memanjang, sifat magma sangat encer dan
menutupi wilayah yang luas.
§ Erupsi areal
: terjadi pada lubang tempat keluarnya magma. Terjadi karena posisi dapur magma
dekat permukaan.
§ Erupsi
sentral : tetjadi pada lubang erupsi berbentuk pipa yang kecil dan sempit.
Akibatnya, material
vulkanik yang dihasilkan berbentuk kerucut vulkanik. Tipe ini menghasilkan tiga
bentuk gunung api, yaitu :
1. Gunung
api Perisai, terbentuk karena sifat magmanya cair dengan erupsi efusif/aliran.
2. Gunung
api Maar, dapur magmanya kecil dan dangkal dengan erupsi eklsplosif/ledakan
sehingga bisa membentuk danau.
3. Gunung
api Strato, dihasilkan dari letusan eksplosif dan efusif secara bergantian
4. Bentuk
muka bumi akibat proses seisme
Gempa bumi adalah getaran
yang dapat dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama yang
berasal dari dalam lapisan-lapisan bumi.
Secara umum penyebab
terjadinya gempa bumi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Gempa
tektonik
Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh
proses tektonik, yaitu gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi secara
tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergerakan.
b. Gempa
vulkanik
Gempa vulkanis adalah gempa yang disebabkan
oleh adanya letusan atau retakan yang terjadi di dalam struktur gunung berapi.
c. Gempa
runtuhan
Gempa runtuhan disebabkan oleh adanya
longsoran massa batuan, intensitas gempa runtuhan sangat kecil sehingga tidak
terasa pada jarak yang jauh. Gempa runtuhan disebut juga dengan gempa terban.
Hiposentrum ialah suatu titik
dalam litosfer yang merupakan tempat terjadinya gempa. Berdasarkan
hiposentrumnya, gempa di bedakan menjadi :
a. Gempa
dalam (300-7000 km)
b. Gempa
sedang/intermediet (100-300 km)
c. Gempa
dangkal (< 100 km)
Episentrum adalah suatu titik di
permukaan bumi sebagai tempat gelombang tegak lurus terhadap hiposentrum.
Berbila gempa yagdasarkan letak episentrumnya, gempa di bedakan sebagai berikut
:
a. Gempa
laut, bila gempa yang terjadi memiliki kekuatan yang besar dapat mengakibatkan
air laut pasang dengan tiba-tiba yang disertai gelombang dahsyat (tsunami).
b. Gempa
daratan, getaran yang di rambatkan dalam bentuk gelombang seismik yaitu
gelombang primer (P) dan sekunder (S).
Jarak episentrum bisa di cari dengan
menggunakan rumus :
Ep = {(S – P) – 1} x 1000 km
|
Ep =
jarak episentrum dari stasiun pencatat gempa
S
= waktu yang menunjukkan gelombang sekunder
P
= waktu yang menunjukkan gelombang primer
1`
= satu menit (konstanta)
1000 km = konstanta
C. Bentuk
Muka Bumi Akibat Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah
tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen terdiri
degradasi (pelapukan, gerakan massa, dan erosi) serta agradasi berupa
sedimentasi.
1. Pelapukan
Pelapukan adalah proses
massa batuan yang depengaruhi oleh keadaan iklim, topografi, dan faktor
biologis.
Menurut penyebabnya,
peoses pelapukan dapat di bedakan :
a. Pelapukan
biologi/organik, di sebabkan oleh aktivitas makluk hidup. Cotohnya,
penghancuran batuan oleh lumut.
b. Pelapukan
fisika/mekanik, pengaruh cahaya matahari dan temperatur. Contohnya, proses
pemuain batuan oleh pergantian suhu siang dan malam.
c. Pelapukan
kimia, disebabkan oleh perubahan struktur kimiawi massa batuan itu sendiri.
2. Gerakan
massa
Gerakan massa ataumass
wastingmerupakan peoses pemindahan massa batuan atau tanah berat secara
besar-besaran ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gaya gravitasi.
Gerakan massa dapat di
bedakan menjadi beberapa jenis berikut :
a. Tanah
longsor (land slide)
b. Tanah
amblas (subsidence)
c. Tanah
mengalir (earth flow)
d. Tanah
mendat (Slumping)
e. Tanah
rayapan/ tanah menjalar (soil creep)
3. Erosi
(pengikisan)
Erosi merupakan proses
pemindahan massa batuan secara alami ke tempat yang lebih rendah oleh suau
zat/media pengangkut. Berdasarkan penyebabnya, erosi dapat di bedakan atas :
a. Erosi
oleh air (erotion), terjadi pada daerah curam dan kurang vegetasi. Erosi
ini de bedakan lagi menjadi erosi lembar, erosi alur dan erosi parit.
b. Erosi
oleh es (glester) atau glasial, terjadi karena mencairnya es. Lelehan es
akan mengerus daerah yang di laluinya.
c. Erosi
oleh angin (deflasi), biasanya terjadi di daerah beriklim kering
(gurun).
d. Erosi
oleh air laut (abrasi), pengikisan yang terjadi di pantai atau dinding
daratan pantai
4. Sedimentasi
(pengendapan)
Sedimentasi merupakan
proses pengendapan material yang di bawa oleh angin, air atau glester. Material
hasil erosi akan di endapkan di suatu tempat baik di sungai, lembah, lereng,
atau dasar laut dangkal. Material yang telah mengalami sedimentasi bisa kembali
mengalami erosi dan memebentuk dataran rendah (peneplain).
Berdasarkan tempat
pengendapan dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi dapat di
bedakan menjadi 3 jenis berikut :
a. Sedimentasi
fluvial, proses pengendapan yang di angkut oleh sungai dan di endapkan di
sepanjang aliran sungai, danau, waduk, atau muara sungai. Menghasilkan delta.
b. Sedimentasi
eolis (sedimentasi teresterial), proses pengendapan yang di angkut oleh
angin. Hasilnya berupa gumuk pasir.
c. Sedimentasi
laut (marine sedimentation) merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
di endapkan kembali di sepanjang pantai.
5. Degradasi
Lahan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
Degradasi lahan dapat
kita artikan sebagai peristiwa terjadinya penurunan kualitas lahan, hilang,
atau berubahnya berbagai organisme pada lahan yang tidak digantikan. Kersakan
lahan tidak hanya menyangkut kerusakan pada tanah, tetapi juga sumber daya
berupa organisme yanada di atas tanah. Kerusakan tersebut bisa terjadi karena
faktor manusia maupun faktor alam.
Dampak yang di timbulkan
akibat degradasi lahan antara lain sebagai berikut
a. Terjadi
perubahan kondisi iklim.
b. Spesies
makhlik hidup yang ada di dalam hutan menjadi hilang bahkan punah karena hutan
sebagai habitatnya mengalami kerusakan.
c. Banjir
dan kekeringan
d. Berkembangnya
masalah kemiskinan di kalangan petani karena produktivitas lahan terus menurun.
e. Terbukanya
lahan hutan yang memungkinkan terjadinya erosi sehingga lahan menjadi tidak
subur.
BAB IV
Perubahan
Atmosfer dan Dampaknya bagi Kehidupan
Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan ribuan
kilometer yang terdiri atas beberapa lapisan dan berfungsi melindungi bumi dari
radiasi dan pecahan planet lain (meteor). Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari
atmosfer yang menekankan pada lapisan udara yang menyelubungi bumi. Beberapa
hal pokok yang dipelajari dalam meteorologi di antaranya adalah angin, awan, cuaca, guntur, gejala cahaya, endapan air di udara, serta suhu dan
tekanan udara. Dua bagian utama atmosfer
Dua bagian utama yang dipelajari di
atmosfer sebagai berikut.
1.
Bagian atmosfer atas,
Bagian atmosfer atas, yang dimonitor
dengan menggunakan balon yang dilengkapi dengan meterogram (alat pencatat
temperatur, tekanan, dan basah udara), juga balon yang dipasangi alat berupa
radio sonde yang dapat memancarkan hasil penyelidikan mengenai temperatur,
tekanan, dan lengas udara ke permukaan bumi.
2.
Bagian atmosfer bawah,
Bagian atmosfer bawah, yang dimonitor
dengan beberapa alat pencatat secara langsung dengan menggunakan termometer,
anemometer, altimeter, barometer, dan alat lainnya.
Atmosfer dan Lapisannya
Read more: Atmosfer dan Lapisannya
Lapisan atmosfer terdiri atas enam
bagian sebagai berikut.
1.
Troposfer berada pada 0–12 Km dari muka bumi
Fenomena dan peristiwa cuaca,
seperti angin, hujan, awan, halilintar, dan lain-lain terjadi pada lapisan ini
sehingga lapisan ini sangat besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup di bumi
yang langsung berinteraksi.
Troposfer terdiri atas:
1.
lapisan planet air, pada ketinggian 0–1 Km,
2.
lapisan konveksi, pada ketinggian 1–8 Km, dan
3.
lapisan tropopause, pada ketinggian 8–12 Km.
Lapisan pembatas antara lapisan
troposfer dengan stratosfer disebut tropopause, merupakan temperatur yang
relatif konstan.
Pada lapisan tropopause aktivitas
udara secara konveksi akan terhenti.
Lapisan troposfer di kutub setinggi
± 8 Km dengan suhu ± –46°C, di daerah sedang setinggi ± 11 Km suhu dengan ±
–50°C, dan di daerah ekuator setinggi ± 16 Km dengan suhu ± –50°C.
Temperatur troposfer relatif tidak
konstan yang berarti semakin tinggi posisinya akan semakin rendah
temperaturnya.
2.
Stratosfer, berada pada 12–60 Km dari muka bumi
Stratosfer terdiri atas:
1.
lapisan isoterm,
2.
lapisan panas, dan
3.
lapisan campuran teratas.
Pada ketinggian 35 Km terbentuk ozon
(O3) di stratosfer, dan perbedaan ketinggian pada lapisan ini akan menyebabkan
perbedaan temperatur.
Lapisan peralihan antara stratosfer
dan mesosfer disebut stratopause, yang temperaturnya relatif konstan.
Daerah stratopause di ketinggian 50
Km suhu mencapai 5°C.
Lapisan ozon (O3) adalah lapisan
yang melindungi troposfer dan permukaan bumi dari radiasi sinar ultraviolet
yang berlebihan sehingga tidak merusak kehidupan di bumi.
3.
Mesosfer, berada pada 60–80 Km dari muka bumi
Mesosfer berfungsi sebagai lapisan
pelindung bumi dari kejatuhan meteor. Meteor yang menuju bumi akan terbakar dan
hancur sebelum sampai di permukaan bumi.
Temperatur berkisar antara –50°C
sampai 70°C.
Mesosfer terletak di antara lapisan
stratopause dan mesopause. Lapisan peralihan antara mesosfer dengan stratosfer
disebut mesopause.
4.
Termosfer, berada 80–100 Km dari muka bumi
Sebagian molekul dan atom-atom udara
mengalami ionisasi pada lapisan ini. Peristiwa penambahan dan pengurangan
elektron menghasilkan cahaya yang berwarna-warni, cahaya ini sering terjadi di
kutub utara dan selatan yang disebut aurora.
Temperatur termosfer berkisar antara
40°C sampai 1.232°C.
5.
Ionosfer, berada 100–800 Km dari muka bumi
Seluruh atom dan molekul udara
mengalami ionisasi di dalam lapisan ini.
Daerah ionosfer berkisar mengandung
muatan listrik.
Terdapat tiga lapisan pada ionosfer,
yaitu:
1.
lapisan Kennelly Heavyside (lapisan E), pada ketinggian antara
100–200 Km;
2.
lapisan Appleton (lapisan F), pada ketinggian 200–400 Km;
3.
gelombang radio mengalami pemantulan (gelombang panjang dan
pendek) pada kedua lapisan di atas;
4.
lapisan atom, berada pada ketinggian 400–800 Km.
5.
Eksosfer, berada pada lebih dari 800 Km–3.260 Km dari muka bumi
Eksosfer merupakan lapisan atmosfer
yang paling luar (jauh) dari bumi.
Pada lapisan inilah meteor mulai
berinteraksi dengan susunan gas atmosfer bumi.
Pengaruh gaya berat dan gravitasi
bumi pada lapisan ini sangat kecil.
Penyelidikan Atmosfer dan Kegunaannya
Penyelidikan atmosfer mempunyai
beberapa fungsi utama, antara lain, sebagai berikut:
1.
sebagai pedoman dalam membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca)
jangka pendek ataupun jangka panjang. Ramalan cuaca sangat penting bagi
kepentingan pertanian, penerbangan, pelayaran, peternakan, dan lain-lain;
2.
sebagai dasar untuk menyelidiki syarat-syarat hidup dan ada
tidaknya kemungkinan hidup di lapisan udara bagian atas;
3.
sebagai pedoman untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
dilakukannya hujan buatan di suatu wilayah tertentu;
4.
untuk mengetahui sebab-sebab gangguan yang terjadi pada
gelombang radio, televisi, dan menemukan cara untuk memperbaiki hubungan
melalui udara. Penyelidikan atmosfer tersebut bertempat di stasiun meteorologi
atau observatorium meteorologi.
Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca pada
suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang lama (lebih kurang selama 30
tahun), sedangkan cuaca adalah kondisi atmosfer pada suatu tempat yang tidak
luas pada waktu yang relatif singkat. Dalam pengertian yang lebih singkat cuaca
ialah keadaan udara pada saat tertentu di suatu tempat. Cuaca mempunyai
jangkauan waktu 24 jam dan jika lebih merupakan prakiraan cuaca. Keadaan
atmosfer dapat diamati setiap hari. Misalnya, pada hari berawan, hari hujan,
angin kencang, dan sebagainya.
Dengan pengamatan pada Unsur-unsur
cuaca, dapat dilakukan perkiraan cuaca pada waktu dan lokasi tertentu. Untuk
itu, sangatlah penting dilakukan pengamatan dan penelitian mengenai cuaca,
iklim, dan Unsur-unsur pembentuknya.
Matahari adalah sumber panas bagi
bumi. Walaupun bumi sudah memiliki panas sendiri yang berasal dari dalam, panas
bumi lebih kecil artinya dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari
mencapai 60 gram kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55 gram/cm2
tiap tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43%
dari keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali
ke angkasa.
Panas bumi sangat tergantung kepada
banyaknya panas yang berasal dari matahari ke bumi. Perbedaan temperatur di
bumi dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan alamnya. Indonesia
termasuk wilayah beriklim tropis karena terletak pada lintang antara 6°08′ LU
dan 11°15′ LS, ini terbukti di seluruh wilayah Indonesia menerima rata-rata
waktu penyinaran matahari cukup banyak. Panas matahari yang sampai ke permukaan
bumi sebagian dipantulkan kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan
segala sesuatu di permukaan bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang
diterima oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut.
1.
Lama penyinaran matahari, semakin lama penyinaran semakin tinggi
pula temperaturnya.
2.
Tinggi rendah tempat, semakin tinggi tempat semakin kecil
(rendah) temperaturnya.
3.
Sudut datang sinar matahari, semakin tegak arah sinar matahari
(siang hari) akan semakin panas. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang
datangnya miring (pagi dan sore hari) lebih luas daripada yang tegak (siang
hari).
4.
Keadaan tanah, yaitu tanah yang kasar teksturnya dan berwarna
hitam akan banyak menyerap panas dan tanah yang licin (halus teksturnya) dan
berwarna putih akan banyak memantulkan panas.
5.
Angin dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang berasal
dari daerah dingin akan mendinginkan daerah yang dilaluinya.
6.
Keadaan udara, banyaknya kandungan awan (uap air) dan gas arang,
akan mengurangi panas yang terjadi.
7.
Sifat permukaan, daratan lebih cepat menyerap dan menerima panas
daripada lautan.
Panas matahari yang sampai ke
permukaan bumi akan berangsur memanasi udara di sekitarnya. Pemanasan terhadap
udara melalui beberapa cara, yaitu turbulensi, konveksi, kondensasi, dan
adveksi.
Turbulensi ialah penyebaran panas secara
berputar-putar dan penyebaran panasnya menyebabkan udara yang sudah panas
bercampur dengan udara yang belum panas.
Konveksi ialah pemanasan secara vertikal dan
penyebaran panasnya terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal,
sehingga udara di atas yang belum panas ini menjadi panas karena pengaruh udara
bawahnya yang sudah terlebih dahulu panas.
Konduksi ialah pemanasan secara kontak langsung
atau bersinggungan langsung. Pemanasan
ini terjadi karena molekul-molekul
udara yang dekat dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah bersinggungan
dengan bumi yang memiliki panas dari dalam.
Adveksi ialah penyebaran panas secara horizontal yang
mengakibatkan perubahan fisik udara di sekitarnya, yaitu udara menjadi panas.
Letak astronomis Indonesia berada
pada 94°45′ BT – 141°05′ BT dan 6°08’LU – 11°15′ LS serta dilalui oleh garis
khatulistiwa sehingga sangat memengaruhi keadaan suhu udara rata-rata setiap
hari sepanjang tahunnya. Posisi Indonesia yang terletak pada daerah lintang
rendah menyebabkan suhu rata-rata tahunan yang tinggi, yaitu kurang lebih
kurang lebih 26°C.
Perbedaan suhu juga dipengaruhi oleh
ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhunya. Perbedaan suhu ini memengaruhi habitat beragam jenis
tanaman yang tumbuh di dalamnya. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan sehingga
luas wilayah perairan sangat luas, hal ini sangat memengaruhi kondisi suhu di
wilayahnya. Karena kondisi tersebut menimbulkan tidak terjadinya perbedaan suhu
yang besar antara suhu maksimum dan suhu minimum tahunannya.
Perubahan suhu di Indonesia terjadi
karena faktor-faktor seperti berikut ini:
1.
adanya perbedaan suhu siang dan malam; suhu maksimum terjadi
pada siang hari sekitar pukul 13.00–14.00, sedangkan suhu minimum terjadi saat
menjelang pagi lebih kurang pukul 04.30;
2.
adanya perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut, setiap
kenaikan 100 m suhunya turun lebih kurang 0,5°C.
Unsur-unsur Cuaca
Komponen cuaca antara lain terdiri
atas temperatur udara, tekanan udara, curah hujan, angin, awan, kelembapan
udara, dan curah hujan.
1.
Suhu atau Temperatur Udara
Panas bumi bersumber dari matahari.
Tingkat dan derajat panas matahari diukur dengan menggunakan alat termometer.
Suhu udara di bumi semakin naik ke atmosfer semakin turun, dengan teori setiap
kita naik 100 m suhu akan turun 1°C (udara dalam keadaan kering). Secara
horizontal, suhu di berbagai tempat di permukaan bumi tidak sama. Dengan
menggunakan peta isoterm perbandingan suhu satu tempat dengan tempat yang lain
akan mudah dilihat. Garis isoterm adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat
dengan suhu rata-rata yang sama. Perubahan suhu sepanjang hari dapat diketahui
dengan melihat catatan suhu pada termograf dan termometer. Suhu tertinggi biasa
terjadi pada pukul satu atau dua siang, sedangkan suhu terendah biasa terjadi
pukul empat atau lima pagi. Dari rata-rata derajat panas sepanjang harinya
didapatkan suhu harian.
Dalam satu bulan terdapat catatan
suhu harian yang tidak sama setiap harinya. Dari catatan suhu harian selama
satu bulan kemudian diambil rata-rata dan dihasilkan suhu bulanan. Suhu bulanan
juga tidak sama setiap bulannya. Daerah dengan topografi rendah relatif lebih
panas dibandingkan daerah berbukit dan pegunungan. Daerah khatulistiwa yang
bersifat tropis lebih panas dibanding daerah subtropis dan kutub.
2.
Tekanan Udara
Permukaan bumi ini secara langsung
ditekan oleh udara karena udara memiliki massa. Karena udara adalah benda gas
yang menyelubungi bumi dan mempunyai massa, akan terjadi peristiwa di bawah
ini.
1.
Massa udara menumpuk di permukaan bumi dan udara di atas
menindih udara di bawahnya, tekanan ini dinamakan tekanan udara.
2.
Massa udara dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Hal ini
menyebabkan semakin dekat dengan bumi udara semakin mampat dan semakin ke atas
semakin renggang. Akibatnya, semakin dekat dengan bumi tekanan udara semakin
besar dan sebaliknya.
3.
Massa udara jika mendapatkan panas akan memuai dan jika
mendapatkan dingin akan menyusut.
Tekanan udara dapat diukur dengan
menggunakan barometer. Toricelli pada tahun 1643 menciptakan barometer air
raksa. Karena barometer air raksa tidak mudah dibawa ke mana-mana, dapat
menggunakan barometer aneroid sebagai penggantinya. Tekanan udara akan
berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi
tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udaranya. Kondisi ini karena
makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung
tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.
Ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut juga dapat diukur dengan menggunakan barometer. Kenaikan 10 m
suatu tempat akan menurunkan permukaan air raksa dalam tabung sebesar 1 mm.
Dalam satuan milibar (mb), setiap kenaikan 8 m pada lapisan atmosfer bawah,
tekanan udara turun 1 mb, sedangkan pada atmosfer atas dengan kenaikan > 8 m
tekanan udara akan turun 1 mb. Barometer aneroid sebagai alat pengukur
ketinggian tempat dinamakan juga altimeter yang biasa digunakan untuk mengukur
ketinggian kapal udara yang sedang terbang.
3.
Kelembaban Udara
Kelembapan udara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: kelembapan mutlak dan kelembapan nisbi. Kelembapan mutlak
(absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu satuan volume di
udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air di dalam udara berupa
perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan
jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Angka-angka persentase tersebut
menunjukkan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan relatifnya berkurang. Oleh
sebab itu, nilai kelembapan relatif tertinggi terjadi pada pagi hari dan nilai
terendah terjadi pada sore hari. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan
nisbi adalah higrometer rambut. Higrometer yang mencatat kelengkapan data
secara geometris disebut higrograf.
4.
Angin
Perbedaan tekanan udara di satu
tempat dengan tempat yang lain menimbulkan aliran udara. Pada dasarnya angin
terjadi disebabkan oleh perbedaan penyinaran matahari pada tempat-tempat yang
berlainan di muka bumi. Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan
udara. Aliran udara berlangsung dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke
tempat dengan tekanan udara yang lebih rendah. Udara yang bergerak inilah yang
disebut angin.
Arah angin dapat diketahui dengan
menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan bendera
angin. Arah angin juga dapat diketahui dengan menggunakan baling-baling angin.
Pada saat ini telah ditemukan alat yang mampu mengukur arah dan kecepatan angin
secara bersamaan. Arah angin biasanya dinyatakan dalam derajat, 360° atau 0°
berarti angin utara; 90° angin timur; 180° angin selatan; dan 270° angin barat.
Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer.
Biasanya digunakan anemometer mangkuk, yang terdiri atas bagian inti berupa
tiga sampai empat mangkuk yang dapat berputar pada sumbu tegak lurus.
Mangkuk-mangkuk tersebut akan berputar jika bagian yang cekung ditiup angin.
Arah dan kecepatan angin pada suatu waktu dapat diketahui melalui anemometer
dan hasil catatannya anemogram yang berupa skala.
Salah satu kegunaan pengukuran arah
dan kecepatan angin adalah untuk keperluan penerbangan dan navigasi di samping
untuk keperluan lain. Dengan mengetahui arah dan kecepatan angin di permukaan
bumi, dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan arah dan panjang
landasan pacu pesawat terbang, jumlah penumpang yang harus diangkut, serta
bahan bakar yang diperlukan. Untuk itu, perlu diadakan penyelidikan mengenai
arah dan kecepatan angin pada lapisan udara atas. Studi dan penelitian tentang
angin biasa menggunakan balon udara yang diikuti arah geraknya dengan
menggunakan alat teodolit. Teodolit merupakan teropong yang berfungsi untuk
mengukur sudut horizontal dan vertikal. Dengan mengetahui kedudukan balon tiap
menitnya akan diketahui pula arah dan kecepatan angin pada ketinggian tertentu.
Cara ini hanya terbatas pada ketinggian 6 sampai 7 Km.
Pengukuran di atas ketinggian
tersebut dilakukan dengan alat yang disebut rawin. Alat ini terdiri atas balon
yang lebih besar dan dilengkapi dengan reflektor atau pemancar radio. Dalam
penelitian-penelitian modern sekarang ini, satelit mempunyai peranan penting di
dalam melakukan pengukuran pada lapisan-lapisan udara, termasuk penelitian
tentang angin.
Kecepatan angin dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain, sebagai berikut.
Gradien barometrik
Gradien barometrik yaitu angka yang
menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar yang dihitung
untuk tiap-tiap 111 Km = 1° di ekuator. Satuan jarak diambil dari 1° di ekuator
yang panjangnya sama dengan 111 Km (1/360 × 40.000 Km = 111 Km).
Hukum Stevenson
Hukum ini menyatakan bahwa kecepatan
angin bertiup berbanding lurus dengan gradien barometriknya. Semakin besar
gradien barometriknya semakin besar kecepatannya.
Relief permukaan bumi
Angin bertiup kencang pada daerah
yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan dan sebaliknya.
Ada tidaknya pohon-pohon yang lebat dan tinggi
Kecepatan angin dapat dihambat oleh
adanya pohon-pohon yang lebat dan tinggi.
Buys Ballot seorang meteorolog
berkebangsaan Belanda membuat hukum mengenai arah angin, yaitu:
”Udara mengalir dari daerah bertekanan maksimum ke daerah
bertekanan minimum. Arah angin akan membelok ke kanan di belahan bumi utara,
serta membelok ke kiri di belahan bumi selatan”.
Pembiasan
arah angin terjadi disebabkan oleh rotasi bumi dari barat ke timur, serta
bentuk bumi yang bulat, sesuai hukum coriolis.
(pembelokkan arah benda yang bergerak ketika dilihat dari kerangka acuan yang berputar. Benda yang bergerak lurus
dalam kerangka berputar, akan terlihat belok oleh pengamat yang diam pada
kerangka itu).
Kekuatan dan kecepatan angin dapat
ditentukan dengan skala Beaufort.
JENIS-JENIS ANGIN
Macam angin akibat sirkulasi udara setempat:
·
ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT
Angin darat bertiup dari darat
menuju laut, sedang angin laut bertiup dari laut menuju ke darat. Angin darat
dan angin laut dapat terjadi karena adanya perbedaan penyerapan panas Matahari
antara daratan dan lautan.
Angin laut terjadi pada siang hari,
karena suhu di darat lebih tinggi karena pantulan panas matahari merenggangkan
udara di daratan. Karena merenggang, udara di daratan naik sehingga tekanannya
turun dan menyebabkan udara bergerak dari lautan ke daratan.
Angin darat terjadi pada malam hari,
karena suhu di laut pada waktu malam lebih tinggi karena air laut dapat menahan
panas matahari yang telah diperoleh pada siang hari. Sedang di daratan, udara
lebih dingin karena daratan tidak mendapat pemanasan dan tidak dapat mengikat
panas lebih lama dari air. Karena suhu panas tersebut, udara di lautan
merenggang sehingga tekanan udara di lautan turun dan menyebabkan udara
bergerak dari darat ke lautan.
·
ANGIN GUNUNG DAN ANGIN LEMBAH
Selain di antara daratan dan lautan,
perbedaan pemanasan juga terjadi di antara kawasan pegunungan dan lembah.
Pada siang hari, pegunungan lebih
dulu mendapat pemanasan dibandingkan lembah. Karenanya, udara di gunung pada
siang hari lebih renggang, maka tekanan udara di gunung menjadi lebih rendah.
Karena rendahnya tekanan udara di gunung, udara yang ada di lembah bergerak
naik ke gunung sebagai angin lembah.
Pada malam hari, pegunungan lebih
dulu mendingin, sedangkan lembah masih hangat. Oleh sebab itu udara di lembah
pada malam hari lebih renggang, maka tekanan udara di lembah pun menjadi lebih
rendah. Rendahnya tekanan udara di lembah menyebabkan udara yang ada di gunung
bergerak turun ke lembah sebagai angin gunung.
·
ANGIN SIKLON DAN ANGIN
ANTISIKLON
Angin siklon adalah udara yang
bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi menuju titik pusat
tekanan udara rendah. Gerakan udara ini terlihat berputar dari beberapa daerah
bertekanan udara tinggi yang mengelilingi daerah bertekanan udara rendah.
Adapun angin antisiklon bergerak
dari suatu daerah sebagai pusat bertekanan udara tinggi menuju daerah
bertekanan udara rendah yang mengelilinginya. Gerakan udara ini terlihat
berputar menyebar ke arah daerah bertekanan udara rendah. Arah perputaran angin
siklon dan antisiklon di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan berbeda.
Macam-macam angin akibat sirkulasi udara global:
·
ANGIN PASAT
Angin pasat adalah angin bertiup
tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator
(khatulistiwa). Terdiri dari Angin Pasat Timur Laut bertiup di belahan bumi
Utara dan Angin Pasat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Angin pasat terjadi bila terjadi
perbedaan densitas udara di daerah sekitar lintang 30 derajat (baik lintang
utara maupun selatan yang bertekanan maksimum dan sekitar lintang 10 derajat
yang bertekanan minimum. Akibatnya di belahan bumi utara, angin akan menyerong
ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan, angin akan menyerong ke kiri
·
ANGIN MUSON
Angin muson yang terjadi di
Indonesia ada dua, yaitu muson barat dan muson timur. Angin muson ini
disebabkan adanya perbedaan tekanan udara dua benua yang mengapit kepulauan
Indonesia, yaitu Benua Asia yang kaya perairan dan Australia yang kering.
Angin Muson Barat
Angin muson barat terjadi pada bulan
Oktober-April. Pada bulan-bulan itu kedudukan matahari berada di belahan bumi
selatan. Akibatnya, belahan bumi selatan suhunya lebih tinggi dari pada belahan
bumi utara. Oleh karena itu angin bertiup dari belahan bumi utara ke belahan
bumi selatan.
Angin Muson Timur
Angin muson timur terjadi pada bulan
April-Oktober. Saat itu kedudukan matahari berada di belahan bumi utara.
Dapatkah kamu menjelaskan mengapa angin muson timur bertiup dari belahan bumi
selatan ke utara
5.
Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air
atau kristal-kristal es yang halus dalam udara di atmosfer yang terjadi karena
adanya pengembunan dan pemadatan uap air yang terdapat di udara setelah
melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat karena
sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu. Pembagian awan berdasarkan hasil kongres
internasional tentang awan yang dilaksanakan di München, Jerman pada tahun 1802
dan Uppsala, Swedia pada tahun 1894, sampai saat ini masih digunakan sebagai
acuan utama.
Awan tinggi, berada pada ketinggian antara
6 Km–12 Km, terdiri dari kristal-kristal es karena ketinggiannya. Kelompok awan
tinggi, antara lain sebagai berikut.
Cirrus (Ci): Awan ini halus dengan
struktur seperti serat, berbentuk menyerupai bulu burung dan tersusun seperti
pita yang melengkung di langit sehingga tampak bertemu di satu atau dua titik
pada horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
Cirro Stratus (Ci-St): Awan
ini berbentuk menyerupai kelambu putih yang halus dan rata menutup seluruh
langit sehingga tampak cerah, atau terlihat seperti anyaman yang bentuknya
tidak beraturan. Awan ini sering menimbulkan terjadinya hallo, yaitu lingkaran
yang bulat dan mengelilingi matahari atau bulan, dan biasa terjadi pada musim
kering.
Cirro Cumulus (Ci-Cu): Awan
ini berpola terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sering kali
berbentuk seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan di
permukaan bumi.
Awan menengah, berada pada ketinggian antara
3–6 Km. Kelompok awan menengah, antara lain sebagai berikut.
Alto Cumulus (A-Cu): Awan
ini berukuran kecil-kecil, tetapi berjumlah banyak dan berbentuk seperti bola
yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan
ini bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
Alto Stratus (A-St): Awan
ini bersifat luas dan tebal dengan warna awan adalah kelabu.
Awan rendah, berada pada ketinggian kurang dari
3 Km. Kelompok awan rendah, antara lain sebagai berikut.
Strato Cumulus (St-Cu): Awan
ini berbentuk bola-bola yang sering menutupi seluruh langit sehingga tampak
menyerupai gelombang di lautan. Jenis awan ini relatif tipis dan tidak menimbulkan
hujan.
Stratus (St): Awan ini berada pada
posisi yang rendah dan agihan yang sangat luas dengan ketinggian <2000>
Nimbo Stratus (Ni-St): Awan
ini berbentuk tidak menentu dengan tepi compang-camping tak beraturan. Awan ini
hanya menimbulkan hujan gerimis, berwarna putih kegelapan, dan penyebarannya di
langit cukup luas.
Awan yang terjadi karena udara naik, berada
pada ketinggian antara 500 m–1.500 m. Kelompok awan ini, antara lain sebagai
berikut.
Cumulus (Cu): Awan tebal dengan
puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang
naik, dan akan tampak terang jika mendapat sinar langsung dari matahari dan
terlihat bayangan berwarna kelabu jika mendapat sinar matahari dari samping
atau sebagian saja.
(Cumulus Nimbus (Cu-Ni): Awan
inilah yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur, bervolume besar
dengan ketebalanyang tinggi, posisi rendah dan puncak yang tinggi sebagai
menara atau gunung dengan puncaknya yang melebar.
Terjadinya hujan tidak tergantung
pada tebal tipisnya awan, tetapi lebih tergantung pada musim. Pada waktu musim
kering, meskipun ketebalan awan tinggi belum tentu mendatangkan hujan
disebabkan oleh faktor angin yang dominan, begitu sebaliknya pada musim hujan.
Awan yang rendah pada permukaan bumi disebut kabut.
6.
Curah Hujan
Hujan atau presipitasi ialah
peristiwa jatuhnya butir-butir air atau es dari lapisan-lapisan troposfer ke
permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat
diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat
penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering
disebut pluviometer ataupun ombrometer. Curah hujan atau presipitasi adalah
banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh hingga permukaan bumi. Alat
pengukur curah hujan berfungsi untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh selama
sehari di dalam suatu gelas ukur. Alat pencatat hujan otomatik berfungsi
mencatat secara otomatis jumlah curah hujan pada kertas pencatat yang setiap
hari atau minggu diganti dengan yang baru. Cara menghitung curah hujan dalam
sebulan adalah dengan menjumlah curah hujan di tiap hari dalam satu bulan.
Besarnya curah hujan tidak merata di
setiap wilayah Indonesia. Jumlah curah hujan tidak sama sepanjang tahun, paling
banyak ialah selama bertiup angin musim barat. Ada bermacam-macam jenis hujan
yang dapat dijelaskan berikut ini.
1.
Hujan zenital, adalah hujan yang terjadi di daerah tropis,
disebut juga hujan naik ekuatorial, biasa terjadi pada waktu sore hari setelah
terjadi pemanasan maksimal antara pukul 14.00–15.00. Di daerah tropis selama
setahun mengalami dua kali hujan zenital, sedangkan daerah lintang 23½° LU/LS
mengalami satu kali hujan zenital. Di daerah tropis, daerah lintang 10° LU–10°
LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik
zenitnya, atau beberapa waktu sesudahnya.
2.
Hujan muson, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah muson.
Hujan zenital di daerah muson mengalami perubahan karena daerah-daerah ini
dipengaruhi oleh angin muson.
3.
(Hujan siklon, adalah hujan yang terjadi karena udara panas naik
disertai angin berputar ataucyclone.
Karena kondisi di atas dingin, udara menjadi jenuh, dan setelah itu terjadilah
prosesi kondensasi yang menimbulkan awan dan akhirnya hujan cyclonal terjadi.
4.
Hujan musim dingin, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah
subtropis. Daerah subtropis di pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim
dingin mengalami hujan, ketika matahari berada pada posisi nadir. Daerah hujan
musim dingin, antara lain: Portugal, Spanyol, Afrika Utara, Palestina,
Mesopotamia, dan California Barat Daya.
5.
Hujan musim panas, adalah hujan yang terjadi di daerah
subtropis, di sekitar pesisir timur kontinen-kontinen. Daerahnya terletak
antara 30°– 40° LU/LS, yaitu sebelah tenggara Amerika Serikat, Argentina Utara,
Uruguay, Cina Timur, Jepang, dan lain-lain.
6.
Hujan frontal, adalah hujan yang terjadi jika massa udara yang
dingin dengan kekuatan besar memecah massa udara yang panas dan kemudian massa
yang lebih ringan terangkat ke atas. Pergolakan udara dengan pusaran-pusaran
bergerak ke atas sehingga bertemulah massa udara panas dan dingin yang dibatasi
oleh garis yang disebut garis front. Di sekitar garis inilah terbentuk awan
yang bergumpal dan bergerak ke atas dengan cepat sehingga terjadilah hujan
lebat atau hujan frontal.
7.
Hujan pegunungan atau hujan orografis, adalah hujan yang terjadi
di daerah pegunungan, di mana udara yang mengandung uap air bergerak naik ke
atas pegunungan. Gerakan itu menurunkan suhu udara tersebut sehingga terjadi
kondensasi dan turunlah hujan pada lereng yang berhadapan dengan arah datangnya
angin.
Beberapa daerah yang jarang turun
hujan adalah di daerah pedalaman benua. Misalnya, Gurun Sahara, Gurun Gobi,
Daerah Tibet, Semenanjung Arabia, pedalaman Persia, Turkistan, bagian barat
Afrika Selatan, dan di sebagian daerah subtropis. Sebutan daerah basah dan
kering sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun di
daerah tersebut. Daerah basah mempunyai curah hujan tinggi, di atas 3.000
mm/tahun. Contohnya adalah Dataran Tinggi Sumatra Barat, Sibolga, Ambon, Bogor,
Batu Raden, dan Dataran Tinggi Irian Jaya (Papua). Daerah kering mempunyai
curah hujan rendah, kurang dari 1.000 mm/tahun. Contohnya adalah daerah padang
rumput di Nusa Tenggara dan sekitar Palu dan Luwuk di Sulawesi Tengah.
Daerah di sekitar garis ekuator
0°–10° LU/LS secara umum merupakan daerah panas dan daerah dingin terletak
antara 66 ½°–90° LU/LS. Di samping itu, letak lintang dan tinggi tempat
menentukan panas dinginnya suatu daerah di muka bumi. Misalnya:
1.
Zona panas, terletak di ketinggian 0–700 meter dpl.
2.
Zona sedang terletak di ketinggian antara 700–1.500 meter dpl.
3.
Zona sejuk terletak di ketinggian antara 1500–2.500 meter dpl.
4.
Zona dingin terletak di ketinggian antara 2.500–3.300 meter dpl.
Klasifikasi dan Tipe Iklim
Iklim dan Faktor Pembentuknya
Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kondisi iklim di suatu tempat, sebagai berikut:
1.
letak garis lintang,
2.
tinggi tempat,
3.
banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh,
4.
posisi daerah: dekat dengan laut, gunung, dataran pasir, atau
dengan bentang alam lain,
5.
daerah pegunungan yang dapat memengaruhi posisi bayangan hujan,
6.
keadaan awan dan suhu udara,
7.
pengaruh luas daratan,
8.
kelembapan udara dan keadaan awan,
9.
pengaruh arus laut,
10.
panjang pendeknya musim setempat, dan
11.
pengaruh topografi dan penggunaan lahan (vegetasi).
Macam-Macam Iklim
1.
IKLIM
MATAHARI
Dasar perhitungan dalam melakukan
pembagian daerah iklim matahari adalah kedudukan dan pergeseran semu matahari
yang memengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Karena matahari selalu bergeser di antara lintang 23½° LU sampai dengan 23½°
LS, terjadilah perbedaan penyinaran di muka bumi. Secara teoritis dapat
dinyatakan bahwa makin jauh suatu tempat dari khatulistiwa, makin besar sudut
datang sinar matahari. Ini berarti makin sedikit pula jumlah sinar matahari
yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan
pada letak garis lintangnya, sebagai berikut.
1.
Daerah iklim tropis, berada pada 0° LU–23½° LU dan 0° LS–23½°
LS.
2.
Daerah iklim sedang, berada pada 23½°LU–66½° LU dan 23½° LS–
66½° LS.
3.
Daerah iklim dingin, berada pada 66½° LU–90° LU dan 66½° LS–90°
LS.
Karena pembagian iklim matahari
didasarkan pada suatu teori, temperatur udara makin rendah jika letaknya makin
jauh dari khatulistiwa, para ahli menyebut iklim matahari dengan istilah iklim
teoritis. Pada kondisi yang sebenarnya di beberapa tempat terjadi distorsi
terhadap teori tersebut.
2.
IKLIM
FISIS
Iklim fisis ialah iklim yang
pembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu daerah yang
disebabkan pengaruh lingkungan alamnya. Faktor-faktor lingkungan itu sebagai
berikut:
1.
pengaruh daratan yang luas,
2.
pengaruh penutup lahan (vegetasi),
3.
pengaruh topografi (relief),
4.
pengaruh arus laut,
5.
pengaruh lautan, dan
6.
pengaruh angin.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi:
1.
iklim laut atau maritim,
2.
iklim darat atau kontinental,
3.
iklim dataran tinggi,
4.
iklim gunung dan pegunungan, dan
5.
iklim musim (muson).
3.
IKLIM
MENURUT KÖPPEN
Klasifikasi iklim Köppen
banyak digunakan di dunia yang berbasis pada sistem klasifikasi iklim empiris
vegetasi yang dikembangkan oleh ahli botani-klimatologi Wladimir Köppen dari
Jerman. Tujuannya adalah untuk merancang formula yang akan menentukan
batas-batas iklim sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang
berada pada zona vegetasi (bioma) yang sedang dipetakan untuk pertama kalinya
selama hidupnya.
Köppen menerbitkan skema pertama
pada tahun 1900 dan versi revisinya pada tahun 1918. Dia terus merevisi sistem
klasifikasinya sampai kematiannya pada tahun 1940. Wladimir Köppen
mengklasifikasi daerah iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur,
baik bulanan maupun tahunan. Hal itu disebabkan curah hujan dan temperatur
merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi.
Untuk membedakan ciri-ciri temperatur dan hujan Köppen menggunakan simbol huruf
besar dan kecil. Digunakan untuk menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan
temperatur bulan terdingin atau terpanas.
Köppen membagi dunia menjadi lima
zona iklim pokok berdasarkan temperatur dan hujan, dengan menggunakan ciri-ciri
temperatur dan hujan berupa huruf-huruf besar dan huruf-huruf kecil. Kelima
iklim pokok tersebut masih dirinci lagi menjadi sebelas macam iklim sebagai
variasinya.
Köppen membedakan iklim menjadi lima
kelompok utama, sebagai berikut.
Iklim A yaitu iklim khatulistiwa yang
terdiri atas:
· Af : iklim
hutan hujan tropis
· Aw : iklim
sabana
Daerah hujan tropis yaitu daerah yang mempunyai temperatur bulanan
terdingin +18°C. Iklim tersebut dibagi menjadi tiga tipe yaitu Hutan Hujan
Tropika (Af), Muson Tropika (Am), dan Sabana (Aw).
Hutan Hujan Tropika (Af)
Daerah tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata-rata > 60
mm. OKI, di daerah ini terdapat hutan-hutan yang lebat.
Terdapat di : Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
Muson Tropika (Am)
Daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basah dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah ini masih
terdapat hutan yang cukup lebat.
Terdapat di : Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan,
dan pantai selatan Papua.
Sabana (Aw)
Daerah tipe w memiliki musim kering yang panjang
jumlah hujan pada bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan
hujan pada bulan-bulan kering. OKI, vegetasi di daerah ini berupa padang rumput
dan pohon-pohon yang jarang.
Terdapat di : Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
Iklim B yaitu iklim subtropik yang terdiri atas:
· Bs : iklim
stepa
· Bw : iklim
gurun
Daerah iklim kering (subtropik) mempunyai tingkat
evaporasi(penguapan) tinggi daripada curah hujan, temperatur bulan
terdingin 18-3°C.
OKI, persediaan air tidak cukup untuk mendukung kehidupan tanaman.
Tanaman tertentu yang dapat hidup seperti kaktus.
Iklim Stepa (Bs)
Daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang
rendah antara 380-760 mm/tahun.
Iklim Padang Pasir (Bw), Daerah kering (arid) yang mempunyai curah
hujan kurang dari 250 mm/tahun
Iklim C yaitu iklim sedang maritim yang terdiri
atas:
· Cf : iklim
sedang maritim tidak dengan musim kering
· Cw : iklim
sedang maritim dengan musim dingin yang kering
· Cs : iklim
sedang maritim dengan musim panas yang kering
Daerah iklim sedang dengan suhu udara rata-rata bulan
terdinginnya = -3-18°C
terpanas >10°C
Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu Iklim Sedang dengan Musim
Panas yang Kering (Cs), Iklim Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw),
Iklim Sedang yang Lembap (Cf).
Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs)
Adanya:
musim panas yang kering apabila jumlah hujan terkering (<30mm)
pada musim panas lebih kecil dari 1/3 jumlah hujan bulan terbasah pada musim
dingin.
Contoh: Madrid di Spanyol ; California; Perth di Australia;
Santiago di Chili dsb.
Iklim Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw)
Adanya:
musim panas yang lembap
musim dingin yang kering apabila jumlah hujan rata-rata pada musim
dingin lebih kecil dari 1/10 jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas
Iklim Sedang yang Lembap (Cf)
Adanya:
Iklim Sedang tidak dengan musim kering, daerah ini selalu lembap
sepanjang tahun.
Contoh: Chili; Argentina; Islandia; Norwegia
Iklim D yaitu iklim sedang kontinental yang
terdiri atas:
· Df : iklim
sedang kontinental yang selalu basah
· Dw : iklim
sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur rata-rata
bulan-bulan terdingin kurang dari -3°C dan rata-rata bulan-bulan terpanas lebih
dari 10°C. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Iklim Dingin dengan Musim
Dingin yang Kering (Dw) dan Iklim Dingin tanpa Periode Siang (Df).
Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw)
Contoh: Seoul di Korsel dan Rusia.
Iklim Dingin selalu Basah (Df)
Contoh: Kanada, Norwegia, dsb.
Iklim E yaitu iklim arktik atau iklim salju yang
terdiri atas:
· ET : iklim
tundra
· EF : iklim
dengan es abadi
Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur
bulan terpanas kurang dari 10°C.
Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu Iklim Tundra (ET)
dan Iklim Es Salju Abadi (EF).
Iklim Tundra (ET)
Temperatur rata-rata bulan terpanas 10-0 C.
Oleh karena itu daerah ini hanya terdapat berbagai lumut.
Terdapat di daerah Kanada utara dan Rusia utara
Iklim Es-Salju Abadi (EF)
Temperatur rata-rata bulan terpanas di bawah 0 C.
Olek karena itu daerah ini terdapat es-salju abadi.
Terdapat di daerah :
Antarktika dan Greenland
Ciri iklim di pegunungan menurut
Köppen sebagai berikut:
· Iklim RG :
iklim pegunungan ketinggian <>
· Iklim H :
iklim pegunungan ketinggian > 3.000 m.
· Iklim RT :
iklim pegunungan sesuai dengan ciri- ciri iklim ET (tundra).
Untuk menentukan tipe iklim suatu
daerah menurut W. Köppen dapat dilakukan dengan menghubungkan jumlah hujan pada
bulan terkering dengan jumlah hujan setahun, secara lurus pada diagram Köppen.
4.
IKLIM
MENURUT OLDEMAN
Oldeman mengklasifikasikan iklim
berdasar pada banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam penentuan tipe
iklimnya yang dikaitkan dengan sistem pertanian di suatu daerah tertentu, yaitu
kebutuhan air yang digunakan tanaman pertanian untuk hidup. Penggolongan iklim
tersebut lebih sering disebut zona agroklimat.
Curah hujan merupakan sumber utama
dari tanaman yang beririgasi nonteknis (tadah hujan). Tanaman pertanian pada
umumnya dapat tumbuh normal dengan curah hujan antara 200 mm – 300 mm, dan
curah hujan di bawah 200 mm sudah mencukupi untuk tanaman palawija. Zona
agroklimat pada klasifikasi in dibagi menjadi lima sub divisi utama. Kemudian
dari tiap-tiap sub divisi tersebut terdapat bulan kering yang berurutan sesuai
dengan masa tanamnya, dengan tidak menambahkan faktor-faktor lain yang
memengaruhinya, tetapi penggolongan iklim ini sangat berguna bagi pemanfaatan
lahan pertanian dan cenderung bersifat ringkas dan praktis.
Berdasarkan jumlah bulan basah dan
bulan kering yang telah diketahui tersebut, pengelolaan lahan pertanian
mendapatkan informasi yang berguna dalam perencanaan pola tanam dan sistem
tanamnya. Hasil ini juga sangat mungkin digunakan untuk kepentingan lain selain
bidang pertanian.
Kriteria Iklim Oldeman
1.
Bulan Basah = rata-rata curah hujan > 200 mm per bulan
2.
Bulan Kering = rata-rata curah hujan < 100 mm per bulan
3.
Bulan Lembap = rata-rata curah hujan 100 – 200 mm per bulan
Tipe Utama Iklim Oldeman
1.
Iklim A = jika ada lebih dari 9 bulan basah berturut-turut
2.
Iklim B = jika ada 7 – 9 bulan basah berturut-turut
3.
Iklim C = jika ada 5 – 6 bulan basah berturut-turut
4.
Iklim D = jika ada 3 – 4 bulan basah berturut-turut
5.
Iklim E = jika ada < 3 bulan basah berturut-turut
Sub Tipe
1.
1 = bulan kering berjumlah < atau sama dengan 1
2.
2 = bulan kering 2 -3 kali
3.
3 = bulan kering 4 – 6 kali
4.
4 = ada > 6 bulan kering
Zona Agroklimat Oldeman
A1, A2
Sesuai untuk budidaya padi
terus-menerus namun produksi agak rendah karena kerapatan fluks matahari rendah
sepanjang tahun.
B1
Sesuai untuk tanaman padi terus
menerus dengan perencanaan awam musim tanam yang baik. Produksi maksimal jika
dilakukan di musim kemarau.
B2
Dapat dibudidayakan padi dua kali
setahun dengan varietas umur pendek dan musim kering pendek untuk palawija. Baca
juga: apa itu front meteorologi?
C1
Budidaya padi sekali dan palawija
dua kali dalam satu tahun.
C2, C3, C4
Tanam padi sekali dan palawija dua
kali setahun. Namun tanam palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim
kering.
D1
Tanam padi umur pendek satu kali
dengan panen yang tinggi biasanya karena kerapatan fluks matahari tinggi.
D2, D3, D4
Memungkinkan untuk satu kali padi
dan satu kali tanam palawija, tergantung dari kestabilan irigasi.
E
Wilayah ini umumnya kering tandus,
mungkin bisa untuk palawija sekali dan itu pun tergantung dari adanya hujan.
5.
IKLIM
MENURUT MOHR
Klasifikasi Mohr didasarkan pada
hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini
didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan
yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembap
bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah
hujan < 60 mm per bulan.
6.
IKLIM
MENURUT SCHMIDT FERGUSON
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan
dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.
Kriteria yang digunakan adalah
dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan
basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Klasifikasi ini merupakan modifikasi
atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai
rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada
klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan
yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah dan bulan
kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah:
Bulan Basah (BB)
Bulan dengan curah hujan > 100 mm
Bulan Lembap (BL)
Bulan dengan curah hujan antara 60 –
100 mm
Bulan Kering (BK)
Bulan dengan curah hujan < 60 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu:
Tabel. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim
|
Nilai Q (%)
|
Keadaan Iklim dan Vegetasi
|
A
|
< 14,3
|
Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
|
B
|
14,3 – 33,3
|
Daerah basah, hutan hujan tropika
|
C
|
33,3 – 60,0
|
Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur
pada musim kemarau
|
D
|
60,0 – 100,0
|
Daerah sedang, hutan musim
|
E
|
100,0 – 167,0
|
Daerah agak kering, hutan sabana
|
F
|
167,0 – 300,0
|
Daerah kering, hutan sabana
|
G
|
300,0 – 700,0
|
Daerah sangat kering, padang ilalang
|
H
|
> 700,0
|
Daerah ekstrim kering, padang ilalang
|
7.
IKLIM
MENURUT J.W. JUNGHUHN
J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan
dari Jerman, telah membagi kelompok tumbuhan menurut tinggi rendahnya suatu
tempat yang didasarkan pada tanaman perkebunan, sebagai berikut:
1.
Daerah panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl,
merupakan areal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti:
cokelat, kopi, karet, tembakau, dan kelapa;
2.
Daerah sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl,
merupakan areal yang tepat untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh,
dan kina;
3.
Daerah dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan
areal yang tepat untuk jenis tanaman cemara;
4.
Daerah sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500
meter, merupakan areal yang tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
5.
Daerah salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan
areal yang tidak mampu ditumbuhi tanaman karena permukaannya diliputi salju.
Distribusi Curah Hujan di Indonesia
Indonesia terletak di daerah
ekuatorial dan secara geografis menyebabkan besarnya penguapan yang terjadi.
Hal tersebut ditunjukkan masih cukup besarnya curah hujan yang jatuh pada musim
kemarau. Suhu yang tinggi dan luas perairan yang dominan menyebabkan penguapan
udara yang terjadi sangat tinggi, dan mengakibatkan kelembapan udara yang
tinggi pula. Kelembapan udara yang tinggi inilah yang menyebabkan curah hujan
di Indonesia selalu tinggi, apalagi dipengaruhi oleh wilayah hutan yang luas.
Besar kecilnya curah hujan di suatu
tempat sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1.
letak daerah konvergensi antar tropis,
2.
posisi geografis suatu daerah,
3.
bentuk bentang lahan dan arah kemiringan lerengnya,
4.
panjang medan datar sebagai jarak perjalanan angin, dan
5.
arah angin yang sejajar dengan pantai.
Curah hujan di Indonesia tergolong
tinggi dengan rata-rata > 2.000 mm/tahun. Rata-rata curah hujan tertinggi
terdapat di daerah Baturaden di kaki Gunung Slamet, dengan curah hujan
rata-rata > 589 mm/bulan, sedangkan rata-rata curah hujan terkecil terdapat
di daerah Palu, Sulawesi Tengah, dengan curah hujan rata-rata ± 45,6 mm/bulan.
Distribusi Jenis Vegetasi Alam
Berdasarkan Bentang Alam dan Iklimnya
Kondisi iklim dan cuaca suatu
wilayah berpengaruh besar terhadap keadaan makhluk hidup yang tinggal di
dalamnya. Di samping manusia, flora dan fauna unsur abiotik pun sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim. Bentang alam, bentang budaya, kebiasaan hidup,
bahkan tradisi hidup manusia di suatu daerah merupakan cerminan dari kondisi
iklim daerah tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari jenis bahan dan
bentuk rumah, jenis dan bentuk pakaian, makanan pokok penduduk, jenis alat
transportasi, dan sebagainya.
Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam
Bentang lahan adalah gabungan dari
bentuk lahan, yaitu ketampakan tunggal seperti bukit atau sebuah lembah sungai.
Kombinasi dari ketampakan-ketampakan tersebut membentuk suatu bentang lahan.
Bentang alam adalah bagian yang tampak langsung di alam seperti permukaan
tanah, vegetasi, dan daerah perairan. Perubahan bentang alam relatif sangat
kecil jika dibandingkan dengan bentang budaya. Komponen bentang alam relatif stabil
keberadaannya, sedangkan bentang budaya yang terdiri dari komponen pokok
manusia dan juga lingkungannya lebih bersifat dinamis dan selalu mengalami
perubahan.
Perubahan penggunaan lahan dari
hutan ke pertanian merupakan salah satu ciri perubahan bentang alam yang stabil
menjadi bentang budaya akibat interaksi dan kebutuhan manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Demikian juga pertambahan penduduk yang menuntut
penambahan sarana perumahan dan fasilitas hidup tentu makin mengurangi luas
areal bentang alam. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alam
merupakan salah satu indikator seberapa jauh manusia mampu menyesuaikan diri
dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Bentang alam yang berubah menjadi
bentang budaya menimbulkan perubahan perilaku, kebiasaan, dan budaya penduduk.
Sebagai contoh penambahan dan perluasan jalan dan penambahan lokasi permukiman
menuntut adanya penambahan fasilitas lain apalagi jika ditambah dengan
pembangunan pertokoan besar dan lokasi industri.
Iklim di suatu tempat dapat
mencerminkan sejauh mana kemajuan peradaban dan kebudayaan di suatu tempat. Hal
tersebut terjadi karena faktor berikut.
Iklim dapat membatasi atau mendukung
aktivitas dan perilaku manusia
· Manusia
cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya di
daerah beriklim sedang, artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan terdapat
sumber air.
· Bidang-bidang
usaha tertentu seperti pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh kondisi
iklim yang ekstrem yaitu terlalu dingin, panas, atau kering.
Kesehatan manusia sangat dipengaruhi
oleh kondisi dan perubahan iklim
· Penyakit
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria
terjadi pada musim penghujan dan terjadinya genangan-genangan air.
· Penyakit
diare dan muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang
biasanya disebabkan oleh sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang kurang
karena pengaruh hujan.
Iklim dan Pengaruhnya terhadap
Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Faktor iklim suatu daerah berpengaruh
besar terhadap persebaran floranya, terutama jumlah hujan dan temperaturnya.
Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun karena suhu rata-rata yang cukup
tinggi dan didukung persediaan air yang cukup. Kondisi ini lain dengan
negara-negara di daerah subtropis yang mengalami musim gugur.
Di Indonesia terdapat perbedaan
jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang satu dengan daerah
yang lain. Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu, flora di Indonesia
dibagi menjadi sebagai berikut.
Hutan Hujan Tropis
Hutan ini terdiri dari
tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di daerah dengan suhu
tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup seperti kamper,
meranti, keruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain adalah adanya
tumbuhan epifit yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut, antara lain,
anggrek dan rotan. Di samping tumbuhan epifit juga terdapat tumbuh-tumbuhan
kecil berupa paku-pakuan, perdu, dan pakis di
sela-sela tumbuhan besar yang ada.
Karena lebatnya, sinar matahari kadang tidak mampu menembus sampai ke dalam
hutan hujan tropis. Di Indonesia sebaran hutan hujan tropis berada di Pulau
Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Papua.
Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan yang
keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh musim, disebut juga hutan
meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang daun-daunnya meranggas di musim
kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini dapat ditemui
pada daerah beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya musim gugur dan
musim semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa dan Sulawesi yang
berupa hutan jati, sengon, dan akasia.
Sabana
sabana merupakan padang rumput yang
berselang-seling dengan semak belukar dan berada pada daerah dengan suhu yang
tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia sabana terdapat di Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di sebagian Sulawesi Tengah.
Stepa
Stepa merupakan padang rumput di
daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara tinggi. Di Indonesia stepa
dapat ditemui di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan
Tanah dengan Jenis Vegetasi
Bentang lahan dengan tanah subur
yang berasal dari material vulkanis merupakan tempat yang biasa ditumbuhi oleh
hutan lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya. Daerah ini mempunyai jenis
tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan heterogen. Bentang lahan
dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus yang biasanya merupakan
pelapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar,
rumput, dan alang-alang. Bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah
lumpur yang biasa disebut daerah rawa, didominasi oleh tumbuhan hutan mangrove
(bakau).
Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Seorang ahli biologi bernama Hart
Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan tumbuhan berdasarkan variasi
ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco mulai dari kaki hingga
puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah sangat
tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti bahwa kelembapan lebih
berperan daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan. Jenis tumbuhan besar
membutuhkan curah hujan yang lebih tinggi daripada jenis tumbuhan kecil. Akibatnya,
semakin ke daerah bercurah hujan kecil dan sangat kecil, akan semakin banyak
kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti belukar, padang rumput, dan akhirnya
kaktus atau tanaman padang pasir pada daerah yang sangat minim hujannya.
Di dunia komunitas organisme
tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang tersebar sepanjang
perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan tersebut
adalah sebagai berikut.
Padang Rumput
Daerah padang rumput mempunyai
kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada
beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini
terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropik. Karena hujan yang
turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan
kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu
bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Gurun
Daerah gurun mempunyai kisaran curah
hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan
tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan
padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin
jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena
teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di
siang hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan
pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun
adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap
kekurangan air dan penguapan yang
cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti
duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan
spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan air.
Tundra
Daerah
tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim
panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat
di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari
hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon
yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup,
antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan
semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan
masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi
terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
Hutan Basah
Hutan-hutan
basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya
beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah
mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka
waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan
basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropik, misalnya, di Indonesia,
daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.
Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan
cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang
mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air
hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di
dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat
mikro (dari tudung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah
tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan
yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang
merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh di daerah
beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah
hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat
pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di
sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.
Musim gugur adalah musim yang ada
sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur
sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang
sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya
meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan
berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.
Taiga
Taiga adalah hutan pohon pinus yang
daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies
pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia,
Siberia, dan Kanada.
Beberapa
contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: conifer, terutama
pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper
(juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung
antara 3 sampai dengan 6 bulan.
Gejala Alam Penyebab Perubahan Iklim Global
Faktor-faktor berupa gejala alam
yang menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia, antara lain: gejala
meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut Efek Rumah Kaca, kondisi yang
menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El Nino, dan kondisi
yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebut La Nina
1. Efek Rumah Kaca
Efek
rumah kaca adalah terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin
banyaknya gas pencemar di dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik,
kendaraan bermotor, dan semua sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
menggunakan bahan bakar bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan
gas buang berupa: CO2, CO, NO2, SO2, HCN, HCl, H2S, HF, dan
NH4 yang terus meningkat jumlahnya. Besarnya CO2 dan
gas pencemar lain yang terakumulasi semakin hari semakin tinggi, hal tersebut
menghambat radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. Sinar matahari
sebagian dipantulkan oleh akumulasi gas-gas pencemar tersebut kembali ke
angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain yang kembali dipantulkan ke bumi yang
berakibat semakin panasnya udara di permukaan bumi. Kenaikan suhu bumi ini akan
berakibat lebih jauh yaitu: mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan air
laut akibat es yang mencair, terendamnya areal pertanian di tepi pantai akibat
naiknya air laut, dan menurunnya produksi hasil pertanian karena terendamnya
areal pertanian di tepi pantai.
2. El Nino
El
Nino adalah terjadinya pemanasan temperatur air laut di pantai barat
Peru–Ekuador yang menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang
mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali. Peristiwa ini diawali
dari memanasnya air laut di perairan Indonesia yang kemudian bergerak ke arah
timur menyusuri ekuator menuju pantai barat Amerika Selatan sekitar wilayah
Peru dan Ekuador. Bersamaan dengan kejadian tersebut air laut yang panas dari
pantai barat Amerika Tengah, bergerak ke arah selatan sampai pantai barat
Peru-Bolivia sehingga terjadilah pertemuan air laut panas dari kedua wilayah
tersebut. Massa air panas dalam jumlah besar terkumpul dan menyebabkan udara di
daerah itu memuai sehingga proses konveksi ini menimbulkan tekanan udara
menurun (minus). Kondisi ini mengakibatkan seluruh angin yang ada di sekitar
Pasifik dan Amerika Latin bergerak menuju daerah tekanan rendah tersebut. Angin
muson di Indonesia yang datang dari Asia dengan membawa uap air juga membelok
ke daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Peristiwa tersebut
mengakibatkan angin yang menuju Indonesia hanya membawa uap air yang sedikit
sehingga kemarau yang sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat peristiwa
tersebut juga dirasakan di Australia dan Afrika Timur. Sementara itu, di Afrika
Selatan justru terjadi banjir besar dan menurunnya produksi ikan akibat
melemahnya up-welling. Kemarau panjang akibat El Nino biasanya
disertai dengan kebakaran rumput dan hutan. Pada tahun 1994 dan 1997, baik
Indonesia maupun Australia mengalami kebakaran akibat peristiwa El Nino.
3. La Nina
Peristiwa
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La
Nina berawal dari melemahnya El Nino sehingga air laut yang panas di pantai
Peru dan Ekuador bergerak ke arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah
ke kondisi semula (dingin) sehingga up-welling muncul
kembali sehingga kondisi cuaca kembali normal. La Nina juga berarti kembalinya
kondisi ke keadaan normal setelah terjadinya El Nino. Air laut panas yang
menuju arah barat tersebut pada akhirnya sampai di Indonesia yang bertekanan
dingin sehingga seluruh angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Indonesia
bergerak menuju Indonesia.
Angin tersebut menyebabkan hujan
lebat dan banjir karena sangat banyaknya uap air yang dibawa. Peristiwa La Nina
di Indonesia pada tahun 1955, 1970, 1973, 1975, 1995, dan 1999 terhitung sejak
Indonesia merdeka (1945).
4. Kebocoran Ozon
Ozon dalam rumus kimia sering juga
disebut sebagai O3 , kita sering mendengar O2, tetapi jarang mendengar istilah
O3. Sebenarnya O3 dan O2 pada kenyataannya mempunyai hubungan yang sangat
dekat. Penambahan 1 molekul oksigen pada molekul O2 akan menghasilkan molekul
O3. Molekul O3 inilah yang sering kita sebut Ozon.
Pembentukan ozon melibatkan empat
reaksi yang dikenal sebagai reaksi Chapman. Berikut reaksinya :
O2 + UV → O+ O
+ O2 → O3
O3 + UV → O2+ O
+ O3 → O2+ O2
Kecepatan reaksi pembentukan ozon
sama dengan kecepatan reaksi penguraian ozon, jadi jika mengacu pada ke empat
reaksi di atas maka logikanya tidak akan ada istilah kebocoran lapisan ozon,
karena Chapman menjelaskan bahwa jumlah dan kecepatan pembentukan ozon akan
sama dengan terurainya ozon. Reaksi ini akan selalu bersinergis.
Namanya radikal bebas, radikal
bebas merupakan zat yang berada dalam bentuk yang tidak stabil sehingga sangat
reaktif (sangat mudah bereaksi) dengan zat-zat lain yang berada di
sekelilingnya dalam usaha mencapai bentuk paling stabil (membentuk molekul
baru). Karena sangat reaktif maka gampang berikatan dengan molekul-molekul
lain. Radikal bebas yang dikenal sangat kuat adalah golongan halogen, yaitu ion
fluorida (F), klorida (Cl), dan bromida (Br). Oksida hidrogen (HO2), nitrogen
(NO2), klorin (ClO2), dan bromin (BrO2) yang juga termasuk radikal bebas yang
mampu menguraikan ozon.
Sifat radikal bebas yang sangat
reaktif tidak memungkinkan zat ini sampai pada lapisan ozon seorang diri. Dia
harus sudah berikatan dengan molekul-molekul yang lain dan biasanya ikatan
sangat stabil seperti CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang dihasilkan oleh buangan
kulkas dan AC. Nah Florid yang dibawa oleh CFC ini kemudian akan terurai ketika
sampai pada lapisan ozon yang berjarak sekitar 25 Km dari permukaan bumi.
Dengan bantuan panas matahari, zat
CFC akan terurai menghasilkan karbon (C) dan Florida (F). Florida inilah yang kemudian
mengganggu keseimbangan reaksi pembentukan ozon. O3 tidak akan terbentuk,
karena Oksigen akan segera berikatan dengan zat Florida. Jika O3 tidak
terbentuk maka penyusun lapisan ozon juga tidak akan terbentuk. Ozon berguna
sebagai tebeng bumi dari sinar-sinar berbahaya yang dipancarkan matahari
seperti sinar UV. Dan Ozon juga merupakan salah satu lapisan penyusun atmosfer
bumi yang melindungi bumi dari benda-benda angkasa yang jatuh ke bumi.
Betapa sangat pentingnya lapisan
ozon untuk bumi kita ini. Jika lapisan ozon rusak, sinar-sinar berbahaya
seperti UV akan dengan mudah masuk ke permukaan bumi. Padahal sinar UV akan
sangat berbahaya untuk kehidupan. Sinar UV sering digunakan dalam mensterilkan
kuman-kuman. Ketika manusia atau hewan terpapar sinar UV dengan intensitas lama
maka sel akan mengalami mutasi. Kanker mungkin akan menjadi penyebab kematian
paling banyak di bumi ketika lapisan ozon bocor. UV akan membunuh
mikroorganisme seperti plankton dan tumbuh-tumbuhan. Dimana tumbuh-tumbuhan dan
plankton merupakan produsen untuk seluruh makhluk di bumi ini.
Ozon, berasal dari kata kerja bahasa
Yunani yang artinya ”mencium”, merupakan suatu bentuk oksigen alotropik
(gabungan beberapa unsur) yang setiap molekulnya memuat tiga jenis atom.
Formula ozon adalah O3, berwarna
biru pucat, dan merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sengit. Ozon
mendidih pada suhu –111,9° C (–169.52° F), mencair pada suhu –192,5° C (–314,5°
F), dan memiliki gravitasi 2.144. Ozon cair berwarna biru gelap, dan merupakan
cairan magnetis kuat. Ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam
oksigen. Adanya ozon dapat dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin bertenaga listrik. Secara kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang
oksigen biasa dan juga merupakan agen oksidasi yang lebih baik. Biasanya ozon
digunakan dalam proses pemurnian (purifikasi) air, sterilisasi udara, dan
pemutihan jenis makanan tertentu. Di atmosfer, terjadinya ozon berasal dari
nitrogen oksida dan gas organik yang dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun
industri, dan ini berbahaya bagi kesehatan di samping dapat menimbulkan
kerusakan serius pada tanaman. Pentingnya pengaturan kadar nitrogen oksida yang
dilepas ke udara oleh, misalnya, pembangkit listrik tenaga batu bara adalah
untuk menghindari terbentuknya ozon yang dapat menimbulkan penyakit pernapasan
seperti bronkitis dan asma.
Lembaga-lembaga penyedia data Cuaca dan Iklim
1. BMKG
Apabila berurusan dengan prakiraan
cuaca dan juga redaksi mengenai alam, anda pasti sudah sangat familier dengan
salah satu lembaga pemerintahan yang satu ini. Ya, BMKG atau yang merupakan
kependekan dari “Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika”. Badan ini
merupakan lembaga pemerintah, yang sebelumnya memiliki nama BMG saja. Lembaga
ini memiliki peranan penting dan juga merupakan pemegang otoritas dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan kejadian – kejadian alam yang terjadi di
Indonesia.
BMKG tersebar hampir di seluruh
Indonesia dengan peralatan-peralatan canggihnya yang dapat memberikan informasi
– informasi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. BMKG sendiri ternyata
memiliki banyak sekali manfaat, terutama untuk kepentingan kejadian alam. Apa
saja manfaat dari BMKG? Berikut ini adalah beberapa manfaatnya:
Meramalkan cuaca
Manfaat BMKG yang mungkin paling
sering kita dengar adalah dalam hal meramal cuaca. BMKG secara rutin dalam
waktu tertentu selama 24 jam selalu memantau kondisi cuaca yang kemungkinan
akan terjadi pada langit Indonesia. Apakah hari ini akan cerah, mendung, hujan
deras, atau berangin. BMKG biasanya memberikan dan meneruskan laporan cuaca
yang telah di analisanya kepada stasiun televisi atau stasiun radio untuk
kemudian diteruskan kepada masyarakat luas agar mengetahui prakiraan dan juga
ramalan cuaca pada hari itu.
Memprediksi pergerakan awan
Salah satu parameter cuaca dan juga
kondisi langit yang paling mudah dilihat dan diukur adalah kondisi pergerakan
dan juga jenis-jenis awan. BMKG memberikan informasi penting mengenai
pergerakan awan, kira-kira daerah mana saja yang akan mengalami mendung hujan
sangat lebat, ataupun yang akan mengalami petir dan kilat di suatu daerah
Memberikan informasi mengenai kondisi dan parameter dalam
penerbangan
Transportasi penerbangan saat ini
merupakan salah satu transportasi yang menjadi banyak pilihan masyarakat,
karena dinilai praktis dan juga cepat. Namun demikian, mode transportasi
penerbangan ini tidak akan boleh beroperasi dan terbang, sebelum mendapatkan
laporan kondisi cuaca dan kondisi keadaan langit dari BMKG terlebih dahulu.
Biasanya ada beberapa parameter yang dilaporkan oleh BMKG untuk kepentingan
penerbangan pesawat, seperti kecepatan angin, arah angin, jenis awan dan juga
kondisi cuaca.
Untuk memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi dan
parameter dalam pelayaran kapal laut
Selain dalam mode transportasi penerbangan,
mode transportasi yang menggunakan jalur laut, yaitu kapal laut pun wajib
memilik informasi yang lengkap dan resmi yang dirilis oleh pihak BMKG. Dengan
adanya manfaat BMKG, maka nakhoda dan juga para ABK atau anak buah kapal
memiliki informasi yang jelas mengenai kondisi cuaca dan juga kondisi dari laut
yang nantinya akan mereka hadapi, apakah menghadapi gelombang yang sedang,
tinggi, ataupun badai.
Memprediksi bencana alam
Suatu Negara tidak terlepas dari
bencana alam. Apalagi Negara seperti Indonesia ini, yang memiliki banyak sekali
gunung berapi, berada pada lempeng – lempeng tektonik, dan juga memiliki
wilayah laut yang luas. Dengan adanya pantauan dan juga laporan dari BMKG, maka
masyarakat akan memperoleh informasi yang akurat mengenai bencana alam yang
kemungkinan akan terjadi, sehingga dapat meminimalisasi dampak yang mungkin
akan muncul ketika suatu bencana, seperti gunung meletus dan juga tsunami akan
terjadi.
Memberi peringatan dini kepada warga sekitar mengenai gejala alam
Hal ini berhubungan dengan kondisi
akan munculnya bencana dan juga keadaan alam yang tidak bersahabat. BMKG
merupakan salah satu pihak otoritas yang dapat merilis mengenai peringatan dini
mengenai gejala-gejala alam yang mungkin akan terjadi. Selain kemungkinan terjadi
bencana alam, kondisi hujan es ataupun angin ribut pun dapat diprediksi oleh
pihak BMKG, sehingga warga yang tempat tinggalnya akan mengalami suatu gejala
alam tertentu dapat diberikan peringatan dini.
Melakukan prosedur hujan buatan
Musim panas atau kemarau merupakan
salah satu musim dimana curah hujan menjadi sangat jarang, bahkan tidak ada
sama sekali. Salah satu efek dari musim kemarau ini adalah kondisi tanah dan
lingkungan yang menjadi sangat kering dan juga gersang. Untuk mencegah hal ini
terjadi, maka manfaat BMKG bagi masyarakat dapat melakukan prosedur hujan
buatan. Dimana pihak BMKG akan menanamkan bibit hujan pada awan, agar nantinya
awan putih biasa dapat berubah menjadi awan hujan, yang dapat membasahi dan
mengatasi kekeringan.
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perubahan cuaca
ekstrem dan juga perubahan iklim
BMKG juga bermanfaat untuk
memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai perubahan cuaca
ekstrem yang terjadi pada suatu daerah, ataupun juga mengenai perubahan iklim.
Hal ini lebih bersifat mengedukasi masyarakat mengenai perubahan cuaca dan juga
iklim yang terjadi.
Melakukan penelitian mengenai klimatologi
BMKG juga dapat membantu
mengembangkan segala bentuk dan jenis penelitian mengenai cuaca, iklim dan juga
klimatologi. Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat untuk kepentingan
ilmu pengetahuan terkait di masa yang akan datang.
Menentukan posisi bulan dan juga benda angkasa lainnya
BMKG juga dapat membantu untuk
memberikan lokasi dan titik posisi dari bulan dan juga benda angkasa lainnya.
Hal ini akan terasa manfaatnya ketika bulan puasa dan juga lebaran akan datang.
BMKG akan membantu untuk mengukur dan melihat posisi bulan, yang mana dijadikan
sebagai patokan para umat Muslim untuk menentukan tanggal puasa dan juga
lebaran.
Memberikan informasi mengenai benda langit yang sedang berada di
dekat bumi
Benda langit terkadang melintas di
dekat bumi. Kondisi ini dapat diprediksi oleh para ahli di BMKG, yang kemudian
menginformasikan kepada masyarakat mengenai benda angkasa apa saja yang sedang
berada di dekat bumi, untuk kepentingan penelitian, dan juga ilmu pengetahuan.
Menjelaskan fenomena alam
Terkadang ada beberapa fenomena alam
yang agak sulit dijelaskan bagi orang awam yang tidak memahami alam. BMKG
merupakan salah satu lembaga yang kompeten dalam bidang fenomena alam, dapat
membantu masyarakat dalam memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi
sehari-hari, agar tidak terjadi kebingungan.
Situs
BMKG di sini
2. LAPAN
National Institute of Aeronautics
and Space (Indonesian: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional/LAPAN) is the
Indonesian government space agency. It was established on November 27, 1963, by
former Indonesian president Sukarno after one year’s existence of an informal
space agency organization. LAPAN is responsible for long-term civilian and
military aerospace research. For over two decades, it has managed satellites
and domain-developed small scientific-technology satellites Lapan and
telecommunication satellites Palapa, which were built by Hughes (now Boeing
Satellite Systems) and launched from the US on Delta rockets or from French
Guiana using Ariane 4 and Ariane 5 rockets. It has also developed sounding
rockets and has been trying to develop small orbital space launchers. The LAPAN
A1 in 2007 and LAPAN A2 satellites were launched by India in 2015.
BAB
V
Dinamika Perubahan Hidrosfer dan Dampaknya bagi Kehidupan
1. Unsur-Unsur Utama Siklus
Hidrologi
Hidrosfer
merupakan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Hidrosfer
berasal dari kata hidros yang berarti ’air’ dan sphere yang berarti ’daerah’
atau ‘bulatan’. Daerah perairan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai,
gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Hidrosfer menempati
sebagian besar muka bumi karena 75% muka bumi tertutup oleh air.
Jumlah
air yang tetap dan selalu bergerak dalam satu lingkaran peredaran membentuk
suatu siklus yang dinamakan siklus hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi.
Penguapan
air yang terjadi di permukaan bumi terutama samudra dan laut disebabkan oleh
panas matahari. Uap air yang terbentuk akan bergerak naik ke udara yang segera
diikuti penurunan suhu. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, uap air yang
mengalami kondensasi (pengembunan) dan berubahlah menjadi embun atau awan, dan
akhirnya embun berubah menjadi hujan atau salju.
Ada
tiga macam siklus hidrologi, yaitu:
·
siklus kecil,
terjadi jika air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan,
lalu jatuh ke laut;
·
siklus sedang,
terjadi dari air laut menguap, mengalami kondensasi dan terbawa angin,
membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke tanah,
selokan, sungai, dan ke laut lagi;
·
siklus besar, terjadi
dari air laut yang menguap, menjadi gas kemudian membentuk kristal-kristal es
di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju,
membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke
laut.
Dengan memahami konsep daur hidrologi secara luas,
pengertian istilah daur dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk analisis
dari berbagai permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan evaluasi pengelolaan
DAS (Daerah Aliran Sungai).
Di
dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan akan didistribusikan melalui
beberapa cara, yaitu air lolos (througfall), aliran batang (stemflow), dan air
hujan yang langsung ke permukaan tanah. Sedangkan air larian dan air infiltrasi
akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran dan sebagian lagi menjadi air
tanah.
Siklus
hidrologi besar terjadi di dalam DAS, dalam mempelajari DAS, daerah aliran
sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara
biogeofisik daerah hulu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: merupakan daerah
konservasi, kemiringan lereng besar (>15%), bukan merupakan daerah banjir.
Jenis penggunaan lahan merupakan hutan, mempunyai bentuk lembah sungai V.
Daerah hilir DAS mempunyai ciriciri sebagai berikut: merupakan daerah budi
daya, kemiringan lereng kecil (<8%), dan beberapa tempat merupakan daerah
banjir. Jenis penggunaan lahan didominasi tanaman pertanian, mempunyai bentuk
lembah sungai U dan pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.
Daerah aliran sungai yang tengah merupakan daerah transisi dari kedua
karakteristik DAS yang berbeda tersebut di atas.
Ekosistem
DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan
terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini, antara lain, dari segi fungsi
tata air. Erosi yang terjadi di daerah hulu akibat praktik bercocok tanam yang
tidak mengikuti kaidahkaidah konservasi tanah dan air atau akibat pembuatan
jalan yang tidak direncanakan dengan baik tidak hanya berdampak di daerah erosi
tersebut berlangsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam
bentuk penurunan kapasitas tampung waduk sehingga terjadi pendangkalan sungai
dan saluran irigasi yang meningkatkan risiko banjir.
Demikian
juga penebangan hutan secara terus-menerus di daerah hulu akan menimbulkan
peningkatan laju erosi di daerah tengah dan hilir.
Dengan
demikian, kondisi hidrologis DAS yang baik sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan
dan konservasi lahan di wilayah DAS tersebut.
Siklus
air terjadi karena adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan
klimatologis, antara lain, sebagai berikut.
·
Transpirasi, adalah
proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau mulut
daun.
·
Evaporasi, adalah
penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi
gas. Penguapan di bumi 80% berasal dari penguapan air laut.
·
Evapotranspirasi,
adalah proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
·
Kondensasi,
merupakan proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
·
Presipitasi,
merupakan segala bentuk hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air,
hujan es, dan hujan salju.
·
Run off (aliran
permukaan), merupakan pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai
dan anak sungai.
·
Adveksi, adalah
transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air
oleh gerakan udara mendatar dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
·
Infiltrasi, yaitu
perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
2.
Jenis-Jenis Perairan di Muka Bumi
a. Sungai
Sungai
adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di
laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran
yang bersumber dari tiga jenis limpasan, yaitu: limpasan yang berasal dari
anak-anak sungai dan limpasan dari air tanah.
Ada
berbagai bentuk atau tipe sungai, yaitu:
1.
sungai consequent
longitudinal, merupakan sungai yang mempunyai aliran yang sejajar dengan
antiklinal;
2.
sungai consequent
lateral, merupakan sungai yang mempunyai arah aliran menuruni lereng-lereng
asli yang ada di permukaan bumi seperti done, blockmountain, atau dataran yang
baru terangkat;
3.
sungai superimposed,
merupakan sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan
batuan di bawahnya;
4.
sungai subsequent,
merupakan sungai yang terjadi jika di daerah sungai consequent lateral terjadi
erosi mundur sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan
mengadakan erosi ke samping dan memperluas lembahnya, akibatnya akan timbul
aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan);
5.
sungai resequent,
yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan patahan) dari
formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral dan
sering merupakan anak sungai subsequent;
6.
sungai antecedent,
merupakan sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi
pengangkatan yang terjadi pada proses yang lambat;
7.
sungai obsequent,
yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan
dip dari formasi-formasi patahan;
8.
sungai insequent,
yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebabsebab yang nyata; sungai
ini mengalir dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola aliran
dendrites;
9.
sungai reverse,
merupakan sungai yang mengubah arah alirannya karena sungai ini tidak dapat
mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan;
10.
sungai compound,
merupakan sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan
geomorfologinya;
11.
sungai composit,
merupakan sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya;
12.
sungai anaclinal,
merupakan sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan
arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
1) Pola
Aliran Sungai
Ada
berbagai pola aliran sungai sebagai berikut.
·
Paralel, adalah pola
aliran yang lurus atau hampir lurus ke tempat yang lebih rendah, terdapat pada
suatu daerah yang luas dan miring sekali sehingga gradien dari sungai itu
besar.
·
Rectangular,
merupakan pola aliran siku-siku di mana pola aliran ini terdapat daerah yang
mempunyai struktur patahan, atau hanya joint (retakan).
·
Angulate, merupakan
pola aliran yang hampir membentuk sudut 90o , tetapi sungai-sungai masih
terlihat mengikuti garis-garis patahan.
·
Radial centrifugal,
merupakan pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome sampai stadium muda
dengan pola aliran menuruni lerenglereng pegunungan.
·
Radial centripetal,
merupakan pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari
gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
·
Trellis, merupakan
pola aliran yang berbentuk, seperti tralis dengan bentukan antiklin dan sinklin
yang pararel.
·
Annular, merupakan
variasi dari radial pattern, yang terdapat pada suatu dome atau kaldera yang
sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent,
resequent, dan obsequent.
·
Dendritic, adalah
pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman, terdapat pada daerah yang
batu-batuannya homogen, dan lerenglerengnya tidak begitu terjal, sehingga
sungai-sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus
dan pendek.
2) Meander Sungai
Meander
atau bentuk kelokankelokan aliran sungai, sering didapati pada aliran sungai di
daerah dataran rendah. Meander terjadi karena adanya reaksi antara aliran
sungai dan batu-batuan yang homogen dan kurang resisten terhadap erosi.
Terdapat dua sisi pada lengkungan meander. Undercut adalah berpindahnya aliran
air yang disebabkan oleh sedimentasi pada bagian lengkung meander sehingga
aliran air di luar lebih cepat daripada arus air pada sisi dalamnya. Kondisi
ini menyebabkan sisi luar lengkung tererosi dan hasil erosinya terendap di
bagian dalam. Jika berlangsung secara terusmenerus, dapat membentuk setengah
lingkaran atau bahkan hampir melingkar penuh.
Batas
daratan yang sempit yang memisahkan antara tikungan yang satu dan tikungan
lainnya akhirnya terpotong oleh saluran yang baru, dan terbentuklah danau tapal
kuda atau danau mati (oxbow lake).
Sungai
San Juan merupakan salah satu contoh sungai bermeander berelief kasar, karena
melakukan erosi pendalaman terhadap batuan dasar sehingga sungai tersebut
berkedudukan tepat di dasar lembahnya.
3) Delta
Delta
adalah endapan yang terbentuk di ujung aliran yang sudah dekat muara di laut
atau danau. Ada berbagai bentuk dan ukuran delta. Berbagai faktor yang
menyebabkan terjadinya delta, antara lain, musim, kecepatan aliran sungai, dan
jenis batuan.
4) Identifikasi
Berbagai Proses Pelapukan/ Pengikisan Sungai
Erosi
(pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan penimbunan atau pengendapan
(sedimentasi) yang terjadi secara alami ketika air mengalir. Kemiringan daerah
aliran sungai, volume air sungai, dan kecepatan aliran air merupakan faktor
yang memengaruhinya.
Aktivitas
pengikisan akan semakin meningkat jika kemiringan aliran air sungai makin
besar, sedangkan di daerah datar yang kecepatan airnya lambat penimbunan atau
pengendapan material akan semakin intensif.
5) Lembah Sungai
Lembah
sungai merupakan hasil pengikisan air yang mempunyai bentuk permukaan yang
lebih rendah daripada bagian lainnya. Pertumbuhan suatu lembah sungai dapat
berjalan melalui tiga proses, yakni: pendalaman, pelebaran, dan pemanjangan.
a)
Pendalaman lembah sungai
Perbedaan
ketinggian yang besar menyebabkan proses erosi di daerah hulu sungai. Kekuatan
aliran erosi bekerja dengan cara menumbuk dan menggerus dasar sungai. Cara
kerja ini disebut sebagai pengikisan hidrolik. Pengikisan dan pendalaman
saluran juga dipercepat oleh terjadinya pengikisan mekanik. Pengikisan mekanik
ini dipercepat oleh serpihan batuan yang terbawa oleh aliran yang deras. Selain
itu, terjadi pula pengikisan kimiawi yaitu proses pelarutan dan reaksi asam
terhadap dasar dan tepi saluran sungai.
b)
Pelebaran lembah sungai
Lambatnya
kecepatan arus air di daerah datar menyebabkan proses erosi ke samping
(lateral) sehingga erosi lateral lebih pada melebarnya lembah sungai. Erosi
lateral juga dibarengi dengan proses agradasi atau penambahan endapan yang
berasal dari materi longsoran (mass wasting) dari lereng atasnya. Kondisi ini
dapat mempercepat terjadinya pelebaran lembah sungai.
c)
Pemanjangan lembah sungai
Penurunan
permukaan laut yang menyebabkan daratan bertambah maju, pertumbuhan delta yang
menambah luas daratan merupakan penyebab terjadinya pemanjangan lembah.
Perkembangan lembah sungai dapat dijadikan sebagai penunjuk umur lembah
tersebut, umur ini adalah umur relatif berdasarkan kenampakan bentuk lembah
dalam beberapa tingkatan. Stadium awal ditandai dengan daya kikis vertikal yang
masih besar disebabkan oleh gradien sungai yang masih besar. Dataran asli baru
yang disebabkan oleh pengangkatan dasar laut dan sedimentasi gunung berapi
terbentuk pada stadium ini. Di beberapa tempat terdapat permukaan sungai dengan
lembah yang kecil-kecil. Dapat dikatakan bahwa pada stadium ini daerah
sekelilingnya masih merupakan bentuk antaraliran dan erosi baru.
Stadium
muda pembentukan lembah dimulai dengan beberapa tandatanda, antara lain:
1.
daya kikis vertikal
yang kuat akibat gradien yang masih besar menyebabkan penampang lintang dari
lembah berbentuk huruf V;
2.
daya angkut aliran
air sungai paling besar;
3.
lebar bagian bawah
lembah dan lebar saluran sungai sama besar;
4.
dasar lembah belum
merata
Stadium dewasa lembah sungai mempunyai
ciri:
1.
gradien sungai lebih
kecil daripada gradien pada stadium muda;
2.
terjadinya erosi
lateral, dan tidak lagi terjadi erosi vertikal praktis;
3.
lembah sungai
berbentuk U, dengan kedalaman yang lebih kecil daripada ukuran lebarnya;
4.
terdapat dataran
banjir (flood plain) pada lembah sungai dan terbentuknya kelokan (meander) pada
flood plain sungai;
5.
pada bagian akhir
stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran dasar sungai akibat
sedimentasi.
6.
Kualitas fisik air
sungai dan pemanfaatan sungai
Di Pulau Jawa, terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Tangerang, dan Surabaya, kualitas airnya cenderung
menurun. Adanya perubahan kadar parameter tertentu seperti kadar pH, kebutuhan
oksigen biologi (Biological Oxygen Demand = BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi
(Chemical Oxygen Demand = COD) dapat dijadikan petunjuk terhadap penurunan
kualitas air sungai. Parameter BOD dan COD sungai-sungai di seluruh provinsi di
Pulau Jawa yang telah melampaui batas baku mutu yang ditetapkan. Selain itu,
kekeruhan air dan jumlah lumpur yang mencapai 25 ton/tahun pada sungai-sungai
di Pulau Jawa dapat menunjukkan adanya erosi tanah di bagian hulu sungai.
Nilai ambang
batas pencemaran berhubungan dengan pengaturan terhadap pemanfaatan sungai.
Penentuan manfaat sungai dapat ditentukan oleh kualitas air saat itu.
Masyarakat pengguna dan para pengusaha yang andil dalam terjadinya pencemaran
air diharapkan dapat mengatasi permasalahan kuantitas dan kualitas air. Program
yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran air sungai ini adalah program kali
bersih (prokasih). Program ini difokuskan untuk menurunkan jumlah beban zat
pencemar yang masuk ke sungai.
Peranan
penting sungai bagi kehidupan manusia, antara lain:
1.
untuk pengairan,
misalnya dengan dibuat waduk;
2.
kaya bahan-bahan
bangunan seperti pasir, batu kali, dan kerikil yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan;
3.
sebagai mata
pencarian penduduk, seperti pengamjikan pasir dan batubatu; pencarian bijih
emas, intan, timah aluvial; dan perikanan;
4.
sumber pembangkit
tenaga listrik dengan memanfaatkan air terjun sungai;
5.
kandungan mineral
yang terdapat di dalam air sungai dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk
meningkatkan kesuburannya karena unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan
tanaman;
6.
dataran aluvial yang
subur merupakan hasil pengendapan air sungai;
7.
bagi kelangsungan
suatu industri yang banyak memerlukan air, seperti industri bata dan genting,
sungai mempunyai arti yang sangat penting;
8.
untuk lalu lintas
atau transportasi air.
b. Danau
Kumpulan
air dalam cekungan tertentu, yang biasanya berbentuk mangkuk disebut dengan
danau. Suplai air danau berasal dari curah hujan, sungai-sungai, serta mata air
dan air tanah. Danau bersifat permanen atau tetap berair sepanjang tahun. Akan
tetapi, jika sumber air pengisi danau berasal dari salah satu saja, danau
tersebut bersifat sementara atau periodik, sehingga pada waktu tertentu danau
tersebut akan kering.
Menurut
terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
1) Danau
Vulkanis
Danau
vulkanis terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Depresi vulkanis timbul
pada bekas suatu letusan gunung api. Dasar cekungan yang tertutup oleh material
vulkan tidak tertembus oleh air, sehingga jika terjadi hujan, airnya akan
tertampung dan membentuk danau vulkanis. Bentuk dan luas yang terjadi
dipengaruhi oleh tipe letusan. Pada tipe gunung api maar akan terbentuk danau
maar, pada gunung api dengan letusannya kaldera, akan terbentuk sebuah danau
kaldera yang luas. Contoh danau vulkanis adalah Danau Singkarak di Sumatra
Barat.
2) Danau
Tektonik
Danau
tektonik terbentuk karena bentuk-bentuk patahan dan slenk yang ditimbulkan oleh
gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi. Slenk yang diapit oleh
horst, di sekitarnya dapat membentuk danau kalau mendapat air dalam jumlah yang
cukup (air hujan, sungai, mata air). Contoh danau tektonik adalah Great Basin
di Amerika Serikat, Danau Nyasa, dan Danau Tanganyika di Afrika Timur.
3) Danau
Lembah Gletser
Setelah
zaman es berakhir, daerah-daerah yang dahulunya dilalui gletser menjadi kering
dan diisi oleh air. Danau akan terbentuk jika lembah yang telah terisi air itu
tidak berhubungan dengan laut.
4) Danau
Dolina
Danau
dolina/dolin merupakan danau yang terdapat di daerah karst dan umumnya berupa
danau kecil yang bersifat temporer. Danau ini dapat terbentuk jika di dasar dan
tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang tak tembus air, sehingga jika
terjadi hujan airnya tidak langsung masuk ke dalam tanah kapur, tetapi akan
tertampung di dolina terbentuklah danau dolina. Danau dolina dapat juga terjadi
karena adanya air di dalam tanah kapur tinggi.
5) Danau
Terbendung/Danau Buatan
Danau
ini terbentuk karena tertahannya aliran air oleh bahan-bahan lepas maupun
terikat, misalnya, runtuhan gunung, moraine ujung dari gletser, dan aliran lava
yang membendung lembah sungai. Waduk atau dam merupakan danau buatan, hasil
bendungan manusia, seperti Waduk Kedung Ombo, Waduk Gadjah Mungkur, dan Waduk
Sermo.
6) Danau
karena Erosi Sungai
Contoh:
danau tapal kuda (oxbow lake).
Berdasarkan
jenis airnya, danau dapat dibedakan atas berikut.
1) Danau
Air Tawar
Sumber
air dari danau air tawar adalah air hujan. Danau air tawar banyak terbentuk di
daerah-daerah bercurah hujan tinggi atau humid (basah). Danau-danau di
Indonesia sebagian besar merupakan danau air tawar.
2) Danau
Air Asin
Danau
ini bersifat temporer. Umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan
arid. Penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran.
Danau ini mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga jika danau tersebut
kering, akan tertinggal lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau dengan
kadar garam yang tinggi, misalnya, Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar
18,6% dan Laut Mati (Israel), kadar garamnya 32%.
Kondisi
Danau di Indonesia
Luas
danau di Indonesia lebih kurang seluas 1,85 juta hektare atau 0,52 persen.
Namun, sebagian besar belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa danau di
Indonesia sudah tercemar, antara lain, Danau Pluit di Jakarta yang telah
tercemar nitrat, fosfat, klorida, dan sulfat yang sangat tinggi.
Beberapa
danau dapat hilang karena adanya pembentukan delta-delta dan pelumpuran di
danau yang disebabkan adanya erosi, akibat gundulnya hutan di hulu sungai,
kemudian terbawa oleh air yang berakibat pada pendangkalan danau dan hilangnya
danau; gerakan tektonik yang berupa pengangkatan dasar danau; pengendapan jasad
hewan dan tumbuhan yang mati berakibat pada cepatnya pendangkalan danau;
penguapan yang kuat, terutama di daerah arid; banyaknya air yang keluar karena
banyaknya sungai-sungai yang meninggalkan danau yang menimbulkan erosi dasar
pada bibir danau, akibatnya danau dapat menjadi kering dan kehabisan air, atau
karena ditimbun oleh manusia.
Proses
sedimentasi yang cukup tinggi di Rawa Pening (Jawa Tengah), Danau Sentani
(Papua), Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Danau Tondano dan Danau Limboto
(Sulawesi Utara), dan Danau Singkarak (Sumatra Barat) harus segera
ditanggulangi dengan pengelolaan dan menjaga hutan di sekitar danau. Cara ini
dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan menghambat pengendapan lumpur yang
berlebihan. Selain hal tersebut, upaya lain yang dapat dilakukan adalah
memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga dan
mempertahankan kualitas lingkungan yang berupa hutan, tanah, dan air.
c. Rawa
Daerah
di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah
lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Wilayah rawa yang luas banyak terdapat
di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.Berdasarkan genangan airnya, rawa
dibedakan atas berikut.
1) Rawa yang Airnya Selalu
Tergenang
Tanah-tanah
di daerah rawa ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Keadaan
ini terjadi karena tanahnya tertutup tanah gambut yang tebal. Selain itu,
karena derajat keasamannya (pH) yang tinggi (mencapai 4,5) yang berwarna
kemerah-merahan, sulit ditemukan hewan yang hidup di rawa ini.
2) Rawa yang Airnya Tidak Selalu
Tergenang
Rawa
jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat
air laut pasang, pada saat air laut surut airnya akan mengering. Derajat
keasaman rawa ini tidak terlalu tinggi karena adanya pergantian air tawar di
daerah rawa masih dapat dimanfaatkan untuk pertanian pasang surut. Adanya
pohon-pohon rumbia merupakan ciri bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak
terlalu asam
Rawa
dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
1.
jika keasamannya
tidak terlalu tinggi, rawa tersebut dapat dijadikan lahan persawahan dan
perikanan;
2.
sebagai objek wisata
seperti Rawa Pening;
3.
sebagai batas alam
untuk menangkal masuknya intrusi air laut ke darat.
3.
Gambaran Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah
aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang terbentuk dari kumpulan sungai dalam
suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara tunggal. Daerah aliran
sungai merupakan areal tampungan air yang masuk ke dalam wilayah air sungai.
Pengukuran DAS dapat dilakukan dengan cara menarik garis yang pada titik-titik
tertinggi menghubungkan wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain.
Saat
ini ada 36 DAS di Indonesia berada dalam kondisi kritis dengan kerusakan yang
sangat parah. Di bagian hulu sungai sebagian areal hutan telah ditumbuhi banyak
semak belukar dan ada juga yang sudah gundul. Seperti pernah kita lihat adanya
berbagai masalah yang timbul dengan terjadinya banjir bandang di Sinjai, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Masalah ini dapat timbul
karena gundulnya hutan di bagian hulu, sehingga tidak mampu menampung luapan
air jika terjadi hujan secara terus-menerus. Demikian juga yang terjadi di
bagian bawah, karena erosi tanah yang terbawa oleh air akan mengendap sebagai
lumpur dan menyebabkan pendangkalan di sungai, waduk, ataupun saluran air,
sehingga ketika terjadi hujan yang terus-menerus air sungai akan meluap dan
terjadilah banjir. Gundulnya hutan merupakan akibat dari penggunaan tanah yang
tidak tepat, seperti sistem perladangan berpindah dan pertanian lahan kering,
tanpa perlakuan konservasi yang tepat dan tidak mengikuti pola tata guna tanah.
DAS
banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, jenis batuan, dan banyaknya tumbuhan yang
dilalui DAS, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan.
Bentuk
lereng DAS sangat berpengaruh terhadap kecepatan terkumpulnya air hujan di
dalam aliran. Meander, dataran banjir, dan delta adalah bagian dari DAS.
Banyaknya hujan di DAS dapat dihitung dengan cara isohyet dan thiessen.
·
Isohyet, merupakan
garis dalam peta yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai jumlah curah
hujan yang sama selama satu periode tertentu. Isohyet digunakan jika luas DAS
lebih besar dari 5.000 km2 .
·
Thiessen, digunakan
kalau bentuk DAS tidak memanjang dan sempit, dengan luas antara 1.000–5.000 km2
.
DAS dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu
daerah hulu sungai, tengah sungai, dan hilir sungai. DAS di hulu sungai
berbukit-bukit, berlereng curam, banyak digunakan untuk areal ladang sayuran,
perkebunan, atau hutan yang merupakan daerah penyangga dan banyak permukiman
penduduk di sekitar aliran sungai. DAS di bagian tengah sungai, relatif landai,
biasa digunakan untuk jalur transportasi, karena daerahnya yang datar daerah
ini merupakan pusat aktivitas penduduk, seperti pertanian,
perdagangan, perindustrian, dan merupakan pusat-pusat permukiman penduduk.
DAS di bagian hilir merupakan daerah yang landai, subur, dan banyak
dimanfaatkan untuk permukiman dan areal pertanian (misalnya, areal tanaman
padi, jagung, dan tanaman kelapa).
4. Potensi Air Permukaan dan Air
Tanah
a.
Lapisan Tak Kedap
Lapisan
tak kedap adalah lapisan yang mudah tertembus air sehingga air tidak tertahan
dan langsung dapat meresap sampai pada lapisan kedap. Kadar pori lapisan tak
kedap cukup besar, contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil, dan
kapur.
b. Lapisan
Kedap
Lapisan
kedap ini adalah lapisan yang tak tembus air. Kadar pori lapisan kedap sangat
kecil sehingga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Kadar pori merupakan
jumlah pori atau celah pada butir-butir tanah (%). Pada lapisan lempung setelah
mengisap air hingga jenuh air tidak akan terserap lagi sehingga semua air akan
dialirkan atau tetap menggenang. Contoh lapisan kedap, yaitu geluh, napal, dan
lempung.
Gambar 3.48 Air tanah tertekan yang berada di bawah
lapisan kedap air dan air tanah tak tertekan yang berada di atas lapisan
kedap air (sumber: Dok. BP)
|
c.
Lapisan Peralihan
Lapisan
peralihan terletak di antara lapisan kedap dan lapisan tak kedap. Lapisan ini
merupakan kombinasi dari dua lapisan tersebut. Keadaan air dan posisi tanah
dalam lapisan tak kedap dapat memengaruhi gerak aliran airnya. Jika lapisan
yang kurang kedap terletak di atas dan di bawah tubuh air, dapat dihasilkan
suatu lapisan penyimpanan air yang disebut air tanah tak bebas. Perbedaan
tinggi suatu tempat dengan daerah tangkapan hujan sangat berperan dalam
timbulnya tekanan air tanah tak bebas. Sumur artesis muncul jika pengeboran
dilakukan di daerah yang lebih rendah daripada permukaan air tanah pada daerah
tangkapan hujan.
Bagi
daerah-daerah yang kering, beriklim arid (panas) dan semiarid (semipanas), air
artesis mempunyai arti yang sangat penting. Contoh daerah cekungan artesis di
Australia Tenggara, terletak di daerah aliran Sungai Darling dan Sungai Murray.
5. Penampang Air Tanah
Lapisan
batuan porous merupakan pengikat air tanah freatik dengan jumlah cukup besar.
Kedalaman lapisan freatik tergantung pada ketebalan lapis-lapis batuan di
atasnya. Jika lapisan freatik menjumpai retakan atau patahan, air akan keluar
ke permukaan dan awalnya sering membawa endapan air.
Amatilah
penampang lapisan air tanah sebagai berikut.
Gambar 3.49 Aquifer yang merupakan lapisan penyimpan
air dan water table yang merupakan permukaan air tanah (sumber: Dok. BP)
|
Hal-hal
berikut ini sedapat mungkin harus dihindari agar kelestarian air tanah di
lingkungan kita tetap terjaga, hal-hal yang perlu dicegah tersebut, antara
lain:
1.
kepadatan penduduk
dan permukiman yang berlebihan pada satu wilayah karena berkaitan dengan
membesarnya konsumsi air tanah;
2.
penggunaan air tanah
yang berlebih-lebihan oleh industri karena akan mempercepat menurunnya volume
air tanah;
3.
agar tidak terjadi
perluasan, pemanfaatan air tanah (tawar) di daerah pantai harus sesuai dengan
peraturan;
4.
pengawasan terhadap
penggunaan lahan sepanjang daerah aliran sungai (DAS);
5.
perusakan hutan dan
lahan penghijauan menimbulkan tidak seimbangnya tata air;
6.
pembuangan atau
kontaminasi limbah terhadap air tanah, terutama limbah industri dan
domestik;
7.
tidak adanya
pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), khususnya terhadap air
tanah, terhadap rencana pembangunan.
a.
Kegunaan Air Tanah
Kandungan
air tanah yang potensial terjadi karena:
1.
tingginya curah
hujan, rata-rata lebih dari 2.000 mm/tahun;
2.
populasi tumbuhan
penutup tanah dan sekitar 75% berupa lahan kehutanan;
3.
terdapatnya beraneka
jenis tanaman berperan dalam memperbesar absorpsi terhadap air permukaan,
mengingat Indonesia beriklim tropis.
Air tanah sangat diperlukan dalam kehidupan
manusia. Air tanah merupakan air paling bersih dan paling sehat untuk minum,
masak, mandi, dan cuci. Mengapa demikian? Ini terjadi karena proses pembentukan
air tanah melalui proses penyaringan, pembersihan, dan penetralan derajat
keasamannya.
Air
tanah dapat ditemukan dengan menggali atau mengebor lapisan tanah. Dengan
sumur-sumur biasa ataupun dengan pengeboran atau pembuatan sumur artesis pada
air tanah tertekan.
Pada
air sungai permanen, salah satu sumber airnya berasal dari beberapa mata air di
daerah hulu aliran sungainya yang masih memiliki hutan yang lebat. Air sungai
permanen dapat dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan, dan objek wisata,
karena pada sungai ini volume airnya relatif tetap. Pembuatan sumur resapan
merupakan salah satu cara untuk menjaga kelestarian air tanah.
6.
Penyebab, Dampak, serta Usaha Mencegah Terjadinya Banjir
Penggundulan
hutan menyebabkan hutan gundul dan tidak bervegetasi. Keadaan ini dapat
memperkecil daya serap air. Jika daerah ini diguyur hujan secara terus-menerus,
hanya sedikit air yang dapat terserap. Akibatnya, air akan meluap dan
terjadilah banjir.
Dataran
banjir merupakan daerah yang sering tergenang air saat banjir, dapat terjadi
karena pemindahan dan perubahan meander sepanjang lembah sungai serta adanya
hasil pengendapan sedimen pada bekas aliran yang ditinggalkan akan membentuk
suatu lengkungan dataran yang luas, yang kadang-kadang luasnya dapat jauh lebih
besar daripada alur sungainya sendiri.
Banjir
dapat menimbulkan dampak kerugian bagi manusia, seperti kerusakan pada rumah,
jalan, jembatan, bahkan dapat mengakibatkan korban jiwa. Jika banjir menerjang
persawahan, menyebabkan gagalnya panen. Contohnya, banjir bandang yang
menerjang Sinjai (Sulawesi Selatan). Banjir ini telah menghancurkan rumah,
gedung sekolah, tempat ibadah, dan menewaskan ratusan jiwa baik manusia maupun
hewan. Timbulnya polusi air dan berbagai macam penyakit akibat bencana banjir
berdampak psikologis bagi korban.
Usaha-usaha
manusia untuk mengurangi risiko banjir, antara lain, sebagai berikut:
1.
meningkatkan daya
resapan air, melakukan reboisasi atau penghijauan dan penghutanan kembali
wilayah gundul;
2.
mengurangi
terjadinya erosi, membuat terrasering dan sengkedan pada lahan miring;
3.
menahan luapan air
sungai, membangun tanggul-tanggul;
4.
melakukan pelurusan
sungai dan pengerukan sungai bagian dasar lembah pada musim kemarau;
5.
membuat terusan
saluran air;
6.
membuat bendungan
serbaguna untuk menampung dan memanfaatkan air sepanjang tahun;
7.
membuat kanal-kanal
sungai, selokan-selokan air, membuat pintu air, membuat tanggul-tanggul pada
tepi kota sepanjang batas aliran sungai di daerah-daerah perkotaan;
8.
menimbulkan
kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan hidup melalui pendidikan
formal atau nonformal dan melalui media massa.
Usaha pencegahan banjir juga harus dilakukan
dengan menggunakan konsep DAS. Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan
berpengaruh langsung terhadap kemampuan retensi DAS terhadap banjir. Retensi
DAS dimaksudkan sebagai kemampuan DAS untuk menahan air di bagian hulu.
Perubahan
tata guna lahan, misalnya, dari hutan menjadi permukiman, perkebunan, dan
lapangan golf akan menyebabkan retensi DAS ini berkurang secara drastis.
Seluruh air hujan akan dilepaskan ke wilayah hilir. Sebaliknya, semakin besar
retensi suatu DAS semakin baik, karena air hujan dapat dengan baik diresapkan
di DAS ini dan secara perlahan-lahan dialirkan ke sungai hingga tidak
menimbulkan banjir di hilir.
Manfaat
langsung peningkatan retensi DAS adalah bahwa konservasi air di DAS terjaga,
muka air tanah stabil, sumber air terpelihara, kebutuhan air untuk tanaman
terjamin dan fluktuasi debit sungai dapat stabil.
Retensi
DAS dapat ditingkatkan dengan cara, program penghijauan yang menyeluruh baik di
perkotaan/perdesaan atau kawasan lain, mengaktifkan bendungan-bendungan
alamiah, membuat resapan-resapan air hujan alamiah dan pengurangan atau
menghindari sejauh mungkin pembuatan lapisan keras permukaan tanah yang dapat
berakibat sulitnya air hujan meresap ke tanah. Memperbaiki retensi DAS pada
prinsipnya adalah memperbanyak kemungkinan air hujan dapat meresap secara
alamiah ke dalam tanah sebelum masuk ke sungai atau mengalir ke hilir untuk itu
perlu adanya proses pembelajaran sosial yang efektif dan terus-menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar